Kampung Jodipan, Apakah Hanya untuk Sekedar Berfoto-foto?

Kampung warna-warni sedang menjamur dimana-mana. Hampir di tiap kota besar di Jawa bahkan seakan berlomba-lomba memiliki kampung warna-warni, di antaranya adalah di Banyuwangi, Surabaya, Semarang, dan mungkin tersebar di beberapa kota lainnya. Tapi tahukah kamu kalau Kampung Warna-Warni Jodipan menjadi cikal bakal yang nantinya menginspirasi kota-kota lain di Indonesia?

Berada di sisi sungai Brantas, kampung yang dilewati jalur kereta api di kota Malang ini terlihat cantik berwarna-warni. Kampung yang awalnya kumuh ini disulap menjadi cantik berkat sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang bekerja sama dengan sebuah perusahaan cat dalam program Social Corporate Responsibilities mereka. Sejak 2016 kampung ini mulai didatangi wisatawan yang terkagum dengan kecantikan warnanya.

Kali ini saya akhirnya kembali lagi ke Malang setelah sekian lama, menyempatkan diri mengunjungi Kampung Jodipan. Terletak di sebelah selatan Stasiun Kota Baru Malang, hanya berjarak 500 meter. Dari atas jembatan Kali Brantas, pemandangan Kampung Jodipan terlihat sangat cantik. Terdiri dari dua obyek wisata, yaitu Kampung Tridi dan Kampung Warna Warni. Seiring berjalannya waktu, ada juga Kampung Arema dengan hampir seluruh bangunan berwarna warna kebanggaan tim sepakbola Malang, Arema, di seberang Kampung Jodipan.

Untuk masuk ke dalam Kampung Jodipan, dikenakan biaya retribusi sebesar 3.000 rupiah yang ditukar dengan selembar stiker kartun. Kondisi kampung yang berada di tepi sungai membuat kontur tanahnya menurun, sehingga kita akan banyak menempuh anak tangga sepanjang rumah warga.

Dari depan gang kita sudah menjumpai warna-warni tembok yang dihiasi untuk mempercantik background foto. Yup, buat foto-foto. Hehehe…. Sebentar-sebentar kita jalan, kita harus berhenti untuk memberi waktu pengunjung lain mengambil foto agar tidak terjadi gangguan pada foto mereka. Gak lucu kan kalo ada orang foto tiba-tiba kita jadi photobomb mereka. Haha, pasti sukses bikin bete.

Terlebih, sudah setahun ini Kampung Warna-Warni dan Kampung Tridi bisa langsung terhubung melalui jembatan kaca yang sangat instagramable. Alhasil makin rame orang berkunjung di sini, dan berfoto di atas jembatan kaca. Nah, untuk naik jembatan kaca ini juga kita diharuskan membayar tiket (2.000 rupiah) dan jumlah pengunjung yang melewati jembatan kaca juga dibatasi maksimal 50 0rang. Biar tidak terlalu crowded dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yaaaa….

Saya naik juga ke jembatan? Hmmm, absolutely no….

Saya cuma ngeliatin dari bawah. Hahahaha….

Karena toh terlalu rame di atas, ambil foto pun tak akan bagus karena di belakangnya banyak orang. Belum lagi harus naik-naik kalo pulang juga masih harus menaiki tangga lagi, dan parkiran motor ada di tempat awal, itu berarti harus balik lagi ke sana. Hahahaha, jauhnyaaa dan panasnya hot potato-potato (panas kentang-kentang kalo kata orang Jawa :D)

Saya melipir ke halaman sebuah aula, nampaknya dipakai untuk tempat kegiatan warga, semacam karang taruna. Mood untuk foto-foto sudah hilang dan tiba-tiba jadi bertanya ke diri sendiri saya ke sini mau ngapain? Cuma foto-foto? Trus upload di instagram? Biar kekinian gitu?

Tidak dipungkiri berubahnya Kampung Jodipan menjadi salah satu tujuan wisata di Kota Malang menjadikan perekonomian warganya juga berubah menjadi lebih baik. Kampung yang tadinya terkenal sebagai salah satu kampung terkumuh di Indonesia mulai bisa menjadikan kampungnya sendiri sebagai tempat mencari penghidupan yang jauh lebih baik. Warga bisa bekerja sebagai penjaga tiket maupun tukang parkir. Belum lagi, menjual makanan ringan dan suvenir buat pengunjung yang setiap harinya tidak pernah sepi.

Tempat saya berbelok tadi ternyata sebuah perpustakaan, lebih tepatnya perpustakaan yang tak terurus. Beberapa buku hanya ditumpuk dan berdebu. Minim informasi karena tempat itu sepi, apakah perpustakaan itu masih berjalan atau memang dibiarkan seperti itu? Dan untuk siapa perpustakaan itu ditujukan? Karena beberapa saya lihat masih berlabel perpustakaan sebuah kampus di Malang, yang tentunya buku terkait mata kuliah (yang sepertinya gak mungkin dibaca warga sekitar ya. Hehehe).

Ada yang bisa kasih informasi gak apakah tempat itu selain dipercantik juga warganya diberi pengarahan tentang hal-hal yang bisa terus memberikan kehidupan yang lebih baik buat mereka? Semisal pelatihan kerajinan atau kesenian tertentu, sehingga pengunjung juga tidak hanya datang untuk sekedar foto-foto dan mempercantik instagram mereka. Tapi pengunjung bisa juga mengambil nilai lain dari kunjungan mereka ke kampung Jodipan.

Have a good journey!

 

@uphiet_kamilah

6 thoughts on “Kampung Jodipan, Apakah Hanya untuk Sekedar Berfoto-foto?

  1. sayang nih ya perpustakaannya terlihat ga jelas gitu fungsinya.
    iya awal mula munculnya kampung warna warni setau aku ya dari Jodipan ini

  2. Cantiknya! Menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung ya, Kak Uphiet. Semakin banyak kampung/desa full colour, bikin betah. Dan dari kini ekonomi, jelas akan sangat membantu perekonomian masyarakat yang berjualan misalnya oleh-oleh khas atau makanan/minuman khas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *