Menyisiri (lagi) pantai di Lombok Tengah: Selong Belanak, Mawun, dan Kuta Mandalika

Lombok Tengah sedang terkenal-terkenalnya, dan mungkin akan makin terkenal kalau MotoGP benar-benar digelar di tahun 2021 nanti, Bismillah, semoga 🙂

Bertahun-tahun yang lalu tidak ada yang menyangka kawasan Lombok Tengah bisa seterkenal sekarang. Dikenal sebagai salah satu wilayah miskin di Nusa Tenggara Barat, fasilitas umum, sarana dan prasarana yang ada pun begitu terbatas. Bahkan kalau ada anak dari daerah Lombok Tengah yang sekolah di kota seperti Mataram, akan jadi bahan guyonan kala itu.

Hadirnya bandara di Lombok Tengah menjadikan wisata Lombok tidak melulu ke Senggigi. Wisatawan dari luar pulau mulai melirik kawasan Lombok Tengah, yang didominasi pantai-pantai cantik dan desa-desa adat. Apalagi sekarang beberapa wilayah di Lombok Tengah sudah dicanangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Lombok Tengah sekarang dibanding saat saya pertama kali ke sini di tahun 2015 sudah sangat berubah.

Dari kota Mataram cukup melaju lancar melewati jalan Raya ByPass menuju BIL (Bandara Internasional Lombok) dan Lombok Tengah. Cukup mengandalkan Google Map kami melaju menuju tujuan pertama hari itu, Pantai Selong Belanak. Melewati jalanan kecil yang cukup bagus, alhamdulillah kami tidak tersesat 😀

Gagal Bertemu Kerbau di Selong Belanak

Setelah 1 jam 45 menit perjalanan dari pusat kota Mataram, kami sampai di kawasan Selong Belanak. Sempat nyasar dan masuk ke perkampungan nelayan, dan malah menemui jajaran perahu nelayan yang bersandar begitu cantiknya.

Kombinasi warna laut dan langitnya langsung membuat saya jatuh cinta, cantiiiik!

Kami berpindah ke kawasan pantai Selong Belanak untuk wisatawan. Jalan masuknya terdapat beberapa area yang becek, sehingga harus berhati-hati saat melangkah. Jangan sampai kepleset dan terjatuh 😀

Memasuki area pantai, saya sedikit kecewa dengan penataannya. Tepat di sepanjang tepi pantai berderet-deret warung dan area penyewaan papan surfing. Menurut saya terlalu dekat dengan bibir pantai.

Saya berjalan sedikit ke barat melewati Laut Biru Bar & Restaurant dan menemukan area sepi tanpa warung dan kursi-kursi berjemur.

Selong Belanak ini banyak didatangi wisatawan asing yang sedang berselancar karena ombaknya yang mendukung. Beberapa juga memanfaatkannya untuk berenang. Saya? Saya menunggu kerbau yang terkenal banyak melintas di pantai ini. Sembari menunggu saya menikmati semilir angin pantai dan pemandangannya yang keren.

Beberapa waktu ditunggu tak kunjung datang juga, akhirnya saya menyerah dan menuju tujuan pantai kedua, yaitu Pantai Mawun. Ternyata saya baru tahu kalau kerbau hanya melintas saat pagi dan sore, sedangkan saya datang ke pantai saat menjelang siang hari. Baiklah, suatu hari nanti saya kembali.

Kembali ke Pantai Mawun setelah 4 tahun

Pantai Mawun menjadi favorit saya saat pertama kali ke sini di awal tahun 2015. Pantainya tidak terlalu luas dan sepi. Diapit dua bukit di kanan dan kiri menjadikannya sedikit tersembunyi. Banyak wisatawan asing suka berjemur di sini karena tidak terlalu banyak pengunjung.

Beberapa kursi berjemur dan payungnya telah berjajar rapi saat saya berkunjung lagi ke sana. Setelah 4 tahun perubahannya tidak terlalu besar, bertambah beberapa kios makanan dan oleh-oleh. Tapi tidak semasif perubahan pantai Kuta yang nanti saya kunjungi terakhir.

Saya dan suami memilih menepi di area warung-warung makanan, tergoda oleh segarnya es kelapa muda. Sembari menikmati pemandangan kami mengobrol-ngobrol untuk menghabiskan waktu. Beberapa anjing terlihat berkeliaran, karena di Lombok lebih banyak anjing daripada kucing yang berkeliaran. Hehe…

Beberapa turis asing yang sedang berjemur didatangi oleh beberapa pedagang gelang yang rata-rata masih anak kecil. Menawarkan dagangan sambil sedikit memaksa. Kalau turis lokal seperti saya mungkin kurang menarik minat mereka kali ya. Hehe… Tapi ini juga strategi yang saya gunakan kala di pantai-pantai Lombok Tengah ini, memasang wajah cuek dan tidak tertarik dengan para pedagang ini. Karena kalau kita membuka mulut untuk mulai menawar harga, maka mereka akan memaksa kita untuk membeli dagangannya sampai kita akan terpaksa beli.

Saya berusaha tidak tertarik dengan mereka, sampai seorang pedagang cilik mendekati kami dengan takut-takut. Tidak menawarkan dagangannya, dia mengajak kami mengobrol. Bertanya banyak hal sebelum mulai menawarkan dagangannya. Sebelum dia memaksa membeli dagangannya, kami sudah jatuh cinta dengan cara dia berkomunikasi dengan kami. Terdengar percaya diri dan sama sekali tidak canggung berbincang dengan orang dewasa yang baru dikenalnya. Dengan sukarela saya membeli sebuah gelang jualannya untuk dipakai sendiri.

Sudah siang kami beranjak meninggalkan Pantai Mawun menuju Kuta untuk makan siang dan sholat duhur. Pantai Mawun tetap menjadi favorit saya karena masih sepi dan suasananya masih alami. Suatu hari harus kembali….

Pantai Kuta Mandalika yang Siap Mendunia

Setelah makan siang dan sholat duhur, kami menikmati siang yang terik di Pantai Kuta Mandalika. Pantai ini selalu ramai, belum lagi saat liburan sekolah. Banyak wisatawan domestik berlibur di pantai ini. Karena selain luas, pantai ini juga begitu cantik dipandang mata.

Untuk urusan fasilitas, Pantai Kuta Mandalika sudah banyak dilengkapi fasilitas umum. Lahan parkir yang memadai, toilet umum, area bermain, area bilas, minimarket, atm, dan lain-lain. Tidak jauh dari pantai, juga terdapat masjid besar bernama Masjid Nurul Bilad yang lantai satunya berfungsi sebagai kantor ITDC atau Indonesia Tourism Development Corporation, yang merupakan pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Oh ya, masjid ini punya keunikan tersendiri, yaitu tempat imamnya yang langsung menghadap ke alam, alias terbuka. Mempunyai area wudhu yang besar dan tempat yang bersih, menyempatkan sholat di sini bisa bikin betah.

Di dekat area masjid ini juga telah dipersiapkan lahan parkir yang luas dan area kios-kios makanan dan oleh-oleh yang sepertinya masih dalam pengerjaan. Melihat area wisata yang dibangun dan diperlengkap seperti ini membuat saya excited sekaligus waswas. Excited karena area wisata ini nampaknya sangat dipersiapkan fasilitas pendukungnya. Waswas karena takut area wisata ini menjadi terlalu padat dan tidak terjaga kelestarian dan kebersihan tempatnya. Semoga saja bukan hanya pengelola, tapi juga wisatawan yang datang bisa sama-sama menjaga area wisata ini tetap indah dan nyaman seperti yang diharapkan. Terutama pengelolahan sampahnya, jangan sampai seperti yang sudah-sudah 🙁

Ada beberapa bangunan baru yang dibangun di pinggir pantai. Salah satunya adalah tempat saya berfoto ini.

Ada yang bisa tebak ini bangunan apa?

Ini adalah kamar mandi dan area bilas bagi pengunjung pantai. Keren juga ya, semoga kebersihannya tetap dijaga bersama-sama ya. Ada juga bangunan unik lainnya yang tidak sempat saya ambil gambar di sebelah bangunan ini, yaitu bangunan pengolahan air laut.

Nemu juga bentuk toilet umum portabel seperti ini, tapi sayangnya tidak ada air. Mungkin harus diperhatikan juga ketersediaan air dan kebersihannya, kasihan yang sudah kebelet 😀

Banyak sekali tempat makan cantik, penginapan murah, hotel, dan fasilitas umum lainnya yang telah dan akan terus dibangun di sekitar area pantai. Semoga penataannya tetap apik seperti sekarang, sehingga keindahan tempat wisatanya pun tetap terjaga.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika membentang dari Pantai Kuta sampai Pantai Tanjung Aan, jadi kalau yang tidak terlalu suka keramaian bisa menepi ke Pantai Selong Belanak atau Pantai Mawun ya….

Selamat bersiap mendunia, Pantai Kuta Mandalika!

 

Have a good journey,

 

 

@uphiet_kamilah

 

10 thoughts on “Menyisiri (lagi) pantai di Lombok Tengah: Selong Belanak, Mawun, dan Kuta Mandalika

  1. MAsha Allah, asyik banget sih pantai-pantainya, masih alami banget ya.
    Ke pantai di siang bolong, matahari cerah, laut biru, langit bersih, waaahh mantap banget buat foto-foto.
    Tapi nggak lama-lama sih, takut gosong hahaha

  2. saya lebih suka ke pantai-pantai ini daripada Senggigi, karena Senggigi terlalu rame.
    tapi yang bikin BT itu anak-anak penjual souvenir yang suka ngintilin kemana-mana maksa buat beli. begitu satu dibeli eh temen-temennya pada dateng minta dibeli juga.
    huaaaa….

    1. Betul mbak, saya pun pakai jurus cuek gak peduli dan pura-pura gak dengar. Hehehe… biasanya mereka langsung pergi, kalau ditanggepi malah semakin nempel dan tambah banyak yang datang 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *