Paris: Aline

Judul: Paris: Aline
Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: Gagasmedia
Tebal: 224 halaman
Cetakan Januari 2013
Goodreads Rating: 3.80/5.00

“I love you not because of who you are, but because of who I am with you.”

Aline, mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Pantheon-Sorbonne demi membuat bangga sang ayah. Untuk menyambung hidupnya, Aline bekerja sebagai kasir di Bistro Lombok. Aline patah hati karena orang yang disukainya dan juga teman kerjanya, Putra, yang dijulukinya si Ubur-Ubur lebih memilih perempuan cantik Prancis, Lucie Francois. Karena tidak sanggup melihat mereka berdua bermesraan di tempat kerja, Aline memilih untuk mengambil cuti seminggu demi mengatasi patah hatinya.

Di tengah perjalanan pulang, melewati Jardin du Luxembourg, Aline menemukan pecahan porselen berwarna ungu muda yang menarik perhatiannya. Dengan petunjuk yang ada di pecahan porselen itu, Aline berusaha menemukan pemiliknya. Dengan bermodal alamat email yang ditemukan melalui akun twitter, Aline menghubungi pemilik porselen yang diyakininya bernama Aeolus Sena.

Entah apa yang ada di benak Aline ketika menyetujui permintaan Aeolus Sena untuk menemuinya sekitar pukul 12 malam di Place de la Bastille. Tempat itu tentu saja bukan tempat yang menarik untuk dikunjungi di tengah malam, mengingat tempat itu adalah tempat dimana para narapidana di jaman dahulu menjalani hukuman matinya. Dua kali membuat janji di sana, Aeolus Sena itu tidak juga menunjukkan batang hidungnya. Pada hari ketiga barulah lelaki itu muncul dengan gaya berpakaiannya yang sedikit nyentrik.

Setelah mengembalikan porselen itu, Aline dijanjikan Aeolus Sena untuk mengabulkan tiga permintaannya. Sejak hari itu, Aline menghabiskan beberapa hari cutinya untuk pergi bersama Aeolus Sena sembari mengungkapkan permintaannya. Bagi Aline, Aeolus Sena adalah sosok yang aneh karena selain pertemuan mereka di Place de la Bastille, Sena juga mengajak Aline mengunjungi tempat favoritnya, Pere Lachaise, sebuah kawasan pemakaman terkenal karena orang-orang yang dimakamkan di sana juga kebanyakan orang-orang terkenal.

Ada banyak hal yang menyimpan misteri tentang sosok Aeolus Sena. Selain penampilannya yang eksentrik, gaya bicaranya yang terlalu blak-blakan, Aeolus Sena sering menghilang dan muncul secara tiba-tiba. Tapi itu tidak membuat Aline mundur, dirinya menjadi semakin penasaran ketika Aeolus Sena tiba-tiba muncul dengan membawa barang-barang yang dititipkan padanya dan pergi bersama seorang wanita yang mengejarnya.

“Don’t cry because it’s over, smile because it happens…”

***

Apa yang identik dengan Paris? Seakan menjawab pertanyaan kita, penerbit menyelipkan free postcard bergambar Menara Eiffel di dalam novel ini. Yeah, I love postcard!!


Tapi di novel ini kita tidak akan menjumpai jalan cerita yang berlatar belakang di Menara Eiffel. Alih-alih tempat yang romantis, kita akan dibuat merinding dengan mengunjungi Place de la Bastille di tengah malam dan area pemakaman terkenal, Pere Lachaise.

Penulis tidak menggunakan Paris sekedar untuk tempat terjadinya cerita, tapi lebih dalam tentang sejarah, seni dan orang-orangnya. Saya lega karena penulis tidak menggunakan melulu tentang Eiffel yang jamak dikenal orang apabila menyebut kota Paris.

Masing-masing karakter tidak digambarkan terlalu dalam, mungkin karena novel ini bercerita dari sudut pandang orang pertama, Aline, sebagai penulis buku diari. Dari pertama baca, sebenarnya saya jatuh cinta dengan sosok Kak Ezra dan berharap ada kisah manis antara Aline dan Kak Ezra. Hal ini juga yang membuat saya agak kecewa dengan akhir kisahnya. Tapi benar saja, sudah lama menyukai tapi tidak ada tindakan nyata untuk mengungkapkannya sama saja nol besar ya 😀

Yang saya suka dari novel ini…Aline digambarkan sebagai sosok pencinta manga, dan karakter manga favoritnya adalah Aiolos de Sagittaire. Ingatan saya tiba-tiba kembali ke masa kecil, di hari minggu ketika saya tidak sabar menunggu tayangnya Saint Seiya di tivi. Aiolos de Sagittaire adalah salah satu karakter di Saint Seiya (seingat saya…)

Kisah di balik kehidupan Aeolus Sena membuat novel ini tidak hanya berkisah tentang Aline yang merasa inferior dengan hidupnya. Hadirnya sepasang suami istri psikopat yang memperlakukan Sena sebagai sosok anaknya yang sebenarnya sudah meninggal, semakin memperdalam cerita novel ini.

Karena saya menyukai sosok tetangga Aline, si Ezra Yoga itu. Bagian favorit saya adalah film pendek yang dibuat Aeolus Sena untuk membantu Ezra menyatakan perasaannya pada Aline. Yaaa, meskipun pada akhirnya itu sudah terlambat.

Indahnya kota Paris digambarkan penulis dengan toko bakery dan pastry khas Prancis, Beaumarchais Boulangerie atau kafe teh mungil, Mariage Frefes yang akhirnya membuat saya googling karena kedua tempat itu terbayang keren buat saya 😀

“Beginikah cinta itu…? Saat kita tahu kita tak kasat mata bagi orang yang dicintai, tapi tetap melakukan apa pun demi orang itu…?”

Happy Reading ! 🙂

Review ini diikutkan dalam Indonesian Romance Reading Challenge 2014 di http://kubikelromance.blogspot.com/2013/12/update-indonesian-romance-reading.html
Review ini diikutkan dalam Indiva Readers Challenge 2014 di http://indivamediakreasi.com/indiva-readers-challenge-irc-2014/
…dan tentu saja review ini diikutkan dalam BBI Review Challenge…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *