Seharian Keliling Labuan Bajo naik Motor, Gak Ketemu Pantai!

Ke Labuan Bajo di masa pandemi ini ada plus minusnya. Plusnya karena berasa liburan sendiri karena sepi wisatawan, terasa liburan eksklusif atau premium beneran. Hahaha…. Minusnya, sedang ada pembangunan besar-besaran di sini. Jalan diperbaiki, infrastruktur dirombak lagi. Benar-benar jalanan penuh debu, macet karena banyak alat berat di sepanjang jalan dan banyak toko atau penginapan harus tutup sementara.

Akibat keterlambatan kapal laut dan permasalahan yang terjadi saat bongkar muat, kami baru bisa check in hotel Selasa dini hari. Lobi hotel tempat kami menginap sudah gelap, tapi masih ada pegawainya. Dikira mereka kami no show karena tidak muncul-muncul, untung saja masih diterima. Hehehe…

Sebelum beristirahat, kami harus mencari tempat makan dulu karena kami belum makan malam. Karena jalan di area pelabuhan (area wisata) adalah jalan searah, setelah makan tengah malam pertama kami, untuk pertama kalinya kami memutari area wisata Labuan Bajo ini (di tengah malam yang gelap). Kami menemukan sebuah warung kecil (di sebelah warung makan Padang) dan memutuskan makan di sana. Menu lalapan ayam tapi olahan orang Flores. Hehehe… Di sana keramahan pertama orang Flores kami temui. Berjumpa dengan pembeli lain yang mengajak kami ngobrol (agaknya keliatan banget kami pendatang), ceritanya dia orang asli Pulau Komodo yang kerjanya jadi ranger dan menawari kami untuk dicarikan kapal untuk liburan kami keesokan harinya. Karena kami belum mau memutuskan rencana besok, kami hanya menjanjikan akan mengabari kalau membutuhkan jasanya nanti.

Setelah tidur beberapa jam, kami mengawali hari dengan sarapan di restoran hotel tempat kami menginap. Terletak di lantai 2 dan 3, sarapan sambil menghadap view pelabuhan dan lautan dengan jajaran pulau-pulau di kawasan TN Komodo di kejauhan. Sebenarnya saya agak kecewa ketika sampai di Labuan Bajo dan melihat situasi saat itu. Karena sedang perbaikan besar-besaran, sepanjang jalur satu arah Labuan Bajo banyak kendaraan berat yang sedang difungsikan untuk perbaikan jalan dan gorong-gorong. Alhasil, macet dan penuh debu. Tapi kan sudah di sini…

Pantai Pede

Satu-satunya pantai yang kami temukan dengan akses terbuka untuk umum adalah Pantai Pede, sedangkan Pantai Binongko dan Pantai Wae Rana kami mentok dengan pagar-pagar yang ditutup aksesnya karena sudah menjadi private property. Berada di Labuan Bajo sebelah selatan, searah dengan jalan menuju The Jayakarta Suites dan banyak lagi hotel dan resort tepi pantai lainnya.

Tidak ada penunjuk arah, kami hanya mengandalkan google map. Awalnya kami ragu untuk masuk karena takutnya memasuki properti pribadi seperti area lain di sepanjang pesisir pantai di sekitarnya. Hanya ada sebuah mobil yang berisi satu keluarga yang sedang piknik dan berenang di tepi pantai. Kami hanya sebentar di pantai ini, sekedar mengobati rasa penasaran pantai yang dikunjungi warga lokal. Ada beberapa sampah berserakan bahkan di lautnya, begitu pun dengan tempat cuci tangan sumbangan dari Kemenparkraf yang ternyata tidak berfungsi 🙁

Escape Bajo

Belum-belum udah nongkrong. Hehehe….

Setelah dari Pantai Pede, tujuan kami berikutnya adalah Gua Batu Cermin. Lagi-lagi mengandalkan google map kami menuju pusat kota Manggarai Barat. Tapi kita mentok di ujung jalan sebelum masuk ke jalan bebatuan menuju gua. Ternyata jalannya baru saja diaspal, masih panas mendidih pula. Akhirnya putar arah menuju Labuan Bajo bagian utara. Setelah berkeliling mengitari banyak bukit-bukit kami memutuskan ngadem dulu di Escape Bajo.

Dari Escape Bajo, pemandangan kampung nelayan dan lautan terlihat jelas. Dengan memesan dua buah minuman yang menyegarkan tenggorokan, kami berbincang dan menikmati pemandangan sekaligus foto-foto.

White Harbor Kampung Ujung

Setelah dari Escape Bajo, kami menuju Kampung Ujung yang pemandangannya terlihat dari tempat kami nongkrong tadi. Melewati TPI Kampung Ujung, sempat tergoda untuk mampir dan beli ikan asin. Tapi ntar lah kalo mau pulang 😀

White Harbor terletak di paling ujung jalan. Sepi, tidak ada seliweran orang dan sepertinya jembatan dermaga ini sudah tidak lagi digunakan. Menikmati pemandangan kampung nelayan Labuan Bajo dengan kesibukannya. Tetiba kepingin makan seafood dong 🙁

Salah satu ketidakberuntungan kami saat berkunjung ke Labuan Bajo kemarin adalah sedang direnovasinya Wisata Kuliner Kampung Ujung. Tanya ke sana kemari para pedagangnya pindah kemana gak ketemu jawabannya 🙁 Akhirnya menemukan warung dengan ikannya yang segar (meskipun gak banyak) agak di tengah kota dan menemukan olahan seafood yang enak (ternyata) di restoran tempat kami menginap (Treetop Seafood Restaurant).

Bukit Cinta

Begitu sebutan sebuah bukit di google map, karena belum terlalu sore kami menuju Bukit Cinta terlebih dahulu sebelum berburu sunset di bukit lainnya. Begitu kami sampai di tujuan, tidak ada plang nama yang menandakan kami tiba di tempat yang tepat. Bukit ini sepertinya telah dikeruk dan tidak lagi menyerupai bukit, karena terlihat seperti bekas perataan tanah. Karena sepi dan tidak ada tanda private property kami masuk saja dan melihat pemandangan sisi pantai bagian timur Labuan Bajo.

Tidak jauh dari Bukit Cinta terdapat spot bernama Batu Biru. Kirain memang batunya asli berwarna biru, ternyata beberapa batu besar yang dicat warna biru. Hahaha… Sejarahnya apa juga kurang tau kok ada yang iseng dengan mewarnai batu 😀

Bukit Amelia

Menjelang matahari tenggelam, kami menuju spot terakhir perjalanan kami hari itu yaitu sunset spot, Bukit Amelia. Memasuki area Bukit Amelia, terdapat plang sederhana bertuliskan Amelia Sea View. Perasaan saya mengatakan tempat ini seperti populer, meskipun saat itu hanya ada dua sepeda motor terparkir ketika kami tiba. Semakin meyakinkan kalau populer karena terdapat seorang pedagang minuman mangkal di pinggir lahan parkir. Ada sebuah bukit kecil di belakang plang nama tersebut, tapi karena sedang ada pengunjung berfoto, kami langsung menuju bukit Amelia yang berada di sebelah bukit kecil tersebut.

Niatnya tidak akan naik sampai ke puncak bukit, karena lumayan tinggi. Apalagi besok kami akan memulai tur ke TN Komodo yang penuh dengan jalan kaki dan trekking ditambah terik matahari yang lumayan panas. Kami mulai berjalan menaiki bukit, berhenti sebentar ketika menemukan pemandangan bagus. Karena semua pemandangan bagus, kami malah seringkali berhenti. Sampai tidak terasa sudah separuh jalan menuju puncak bukit.

Ternyata pemandangan dari atas separuh bukit yang sudah sedemikian cantiknya malah menggoda kami untuk lebih mendaki ke puncak bukit. Matahari semakin condong ke barat dan pengunjung bukit ini pun semakin berdatangan. Tidak jauh dari Bukit Amelia, terdapat Bukit Sylvia yang juga mulai ramai pengunjung. Kebanyakan pengunjung adalah wisatawan meskipun saya temui satu dua orang warga lokal yang juga berburu sunset.

Cantik, kan?

Betah sekali memandang Labuan Bajo dari puncak bukit ini, apalagi dengan cantiknya matahari terbenam di sebelah barat. Kalau saja sebentar lagi tidak gelap ingin rasanya berlama-lama. Tapi kalau keburu gelap jalan menuruni bukit ini lumayan menantang, karena pijakannya berupa pasir dan batu yang kalau tidak berhati-hati bisa terpeleset. Belum lagi rute dari bukit menuju penginapan sangat sepi dan gelap kalau semakin malam, jadi memang harus segera kembali ke penginapan dan bersiap-siap berburu makan malam dan beristirahat untuk Live on Board keesokan harinya.

Oh ya, kami pun sempat berhenti di sebuah warung pinggir jalan, tepat di sebelah hotel elite Ayana Komodo Resort. Karena cuaca yang begitu panas, saya meminta suami beberapa kali berhenti untuk membeli minuman sambil berteduh dari panas terik matahari. Di warung ini kami berhenti cukup lama, berbincang hangat dengan penduduk lokal yang sedang beristirahat kerja atau menunggu tamu. Salah satu kegiatan favorit suami apabila berkunjung ke sebuah tempat, yaitu berbincang dengan warga lokal. Kegiatan berbonus menikmati pemandangan yang tak kalah bagus dengan yang dilihat tamu Ayana Komodo Resort dari kamarnya. Hahaha…

 

13 thoughts on “Seharian Keliling Labuan Bajo naik Motor, Gak Ketemu Pantai!

  1. ahhhh jadi makin penasaran kesini apalagi bukit Amelia yang emang ngehits banget. Perlu niat emang buat ngedaki tapi setelah sampai puncak rasanya terbayarkan

  2. Pemandangan di Bukit Amelia cantk sekali.

    Duh masih ya selalu saja masalah sampah dan fasilitas yang ada tapi nggak selalu berfungsi baik yang ada di destinasi wisata kita. Semoga Indonesia ke depannya makin baik.

  3. Hi mbak Uphiet 🙂
    Terima kasih sudah mampir ke blog aku hihi

    Huaa seru banget mbak Uphi! Apalagi berasa private island ya disana, pas lagi ngga banyak turis hehe
    Spot-spotnya bagus-bagus banget ya.. duh jadi kanten hunting sunset muter-muter naik motor.. somoga covid cepat kelar, jadi bisa kembali keluyuran lagi hehe
    Ditunggu blog-blog jalan-jalan lainnya mbak! Seruuu bacanya <3

  4. Hi Kak Uphiet, kunjungan balik ke sini. Salam kenal 😁

    Labuan Bajo cantik banget, Kak 😍. Pemandangan lautnya itu lho juara banget. Aku paling suka momen saat Kakak di Escape Bajo. Itu pemadangannya ruarrr biasa 😍 berlama-lama di sanapun nggak akan terasa karena chill banget kelihatannya.
    Semoga next Kakak bisa kembali ke sana di saat semua renovasi udah kelar ya sehingga bisa lebih menikmati kunjungannya 😁

      1. Aminn. Semoga Kakak bisa kembali ke sana ya 😀

        Btw, panggil aku dengan Lia aja ya, Kak 😁😁😁

Leave a Reply to Icha Afriza Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *