A Love at First Sight

Judul: A Love at First Sight: Cinta Pada Pandangan Pertama
Penulis: Jennifer E. Smith
Penerjemah: Linda Boentaram
Penerbit: Qanita
Tebal: 320 halaman
Cetakan II, November 2012
Goodreads Rating: 3.81/5.00

Lebih baik pernah memiliki sesuatu yang bagus lalu kehilangannya, atau tidak pernah memilikinya?

Hari itu mungkin menjadi hari yang paling dibenci dalam hidup Hadley. Melakukan perjalanan yang sama sekali tidak diinginkan, serangkaian peristiwa naas dan pertengkaran dengan ibu sebelum sampai di bandara. Hingga tertinggal pesawat yang akan membawanya ke London.
Hanya terlambat 4 menit, tetapi sanggup mengubah jalan hidup Hadley ke depannya. Dengan terpaksa Hadley memesan penerbangan berikutnya, meskipun mungkin melewatkan peristiwa penting ayahnya di London adalah hal yang paling diinginkan Hadley saat itu.
Bagaimanapun juga, membayangkan pernikahan yang akan dijalani sang ayah, adalah hal yang tidak pernah diantisipasi Hadley. Menyaksikan ayah yang pergi meninggalkan ibu dan dirinya, tinggal berjauhan dengan sang ayah, diperkenalkan dengan calon ibu tiri, dan dipaksa menjadi saksi pernikahan ayah dan wanita lain, adalah rantaian peristiwa menyakitkan yang dijalani Hadley. Hadley belum bisa memaafkan perbuatan ayahnya.
Beruntung Hadley bertemu dengan Oliver, pria Inggris yang bersedia menggeret koper Hadley sementara Hadley sendiri bingung melangkah, pria yang mengalihkan perhatian Hadley pada klaustrofobianya selama berada di pesawat terbang, dan juga pria yang membuat jantung Hadley berdegup kencang sejak pertama kali melihatnya. Bertemu dengan Oliver, Hadley merasakan nyaman bahkan tidak sungkan-sungkan menceritakan hubungan buruknya dengan sang ayah. Sementara Hadley membuka rahasianya satu per satu pada Oliver, Hadley tidak menyadari dirinya tidak mengetahui tentang apapun terkait dengan Oliver.
Itulah yang dilakukan orang di pesawat. Kita berbagi sandaran tangan dengan seseorang beberapa jam. Kita bertukar cerita tentang kehidupan kita, satu atau dua anekdot lucu, mungkin bahkan lelucon. Kita berkomentar tentang cuaca dan makanan yang tidak enak. Kita mendengarkan orang itu mendengkur. Lalu, kita mengucapkan selamat tinggal.

Berpisah dengan Oliver di Heathrow, Hadley sadar akan sulit bertemu kembali dengan Oliver. Tidak ada tukar menukar nomor telepon, surel, atau pun alamat. Hanya satu petunjuk yang dimiliki Hadley, bahwa Oliver berada di satu tempat di London yang bernama Paddington. Hadley berusaha mengingatkan diri untuk kembali ke realita, melupakan Oliver dan menghadapi pernikahan ayahnya.
Jika kau menyayangi sesuatu, bebaskanlah ia.
***
Cinta pada pandangan pertama? Saya sih lebih percaya naksir pada pandangan pertama, tapi cinta?

Secara sampul (versi Indonesia), novel ini cantik pink merona dan bikin jatuh cinta dengan Oliver. Siapa sih yang gak jatuh cinta dengan pria Inggris berlesung pipit dengan dialek khasnya? Gak peduli seperti apa Oliver dalam novel ini, sepanjang menghabisi tiap halamannya saya membayangkan Oliver James saja *ups*

Kisah antara Hadley dan Oliver begitu smooth, heart-warming, serasa menjadi Hadley yang jantungnya berdegup kencang saat berdekatan dengan Oliver. Saya menyukai karakter Oliver yang santai, bisa mencairkan suasana, dan membuat Hadley merasa nyaman selama pertemuan mereka. Terlebih saat Oliver memberikan sudut pandang lain atas hubungan yang terjalin antara Hadley dan ayahnya. Karena penulisan cerita yang menggunakan POV orang ketiga, saya agak berharap penulis menyelipkan sudut pandang Oliver akan pertemuannya dengan Hadley. Karena selama saya membaca, bagaimana perasaan yang terbentuk antara Hadley dan Oliver, lebih atas kesimpulan yang dibentuk Hadley sendiri.

Tentang hubungan Hadley dan ayahnya? Saya tidak mengerti dengan pikiran laki-laki dewasa yang meninggalkan anak dan istrinya untuk bersama wanita lain hanya dengan alasan jatuh cinta. Hey, jatuh cinta mungkin bisa saja terjadi pada siapapun dimanapun, tapi pernikahan bukan hanya bicara tentang cinta! Ada komitmen dan tanggung jawab di dalamnya. Ketika dia menikah dengan Charlotte, tidak mengagetkan kalau suatu saat nanti dia akan pergi dan bertemu wanita lain dengan alasan yang sama. Terlebih saya tidak suka dengan penggambaran ibu Hadley yang pendek dan ringkas sementara Charlotte begitu jangkung, langsing, dan cantik. Meskipun tidak diungkapkan penulis, agaknya saya tahu kenapa ayah Hadley jatuh cinta lagi 🙁

Bagian menarik dari novel ini selain kisah petualangan buta Hadley di jalanan London, adalah saat penulis menceritakan kebersamaan Hadley dan ayahnya di masa lalu dengan menghabiskan waktu berdua dengan membaca buku dan menghujani Hadley dengan kado-kado buku. Seperti yang dikatakan penulis, “…ia membangun perpustakaan untuk Hadley seperti pria lain membangun rumah untuk putri mereka.”

Bagaimanapun, lari saat seseorang mengejar kita sama sekali berbeda dengan lari sendirian.

Happy Reading! 🙂

Review ini diikutkan dalam Indiva Readers Challenge 2014 di http://indivamediakreasi.com/indiva-readers-challenge-irc-2014/
..dan tentu saja review ini diikutkan dalam BBI Review Challenge…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *