Ayahku (Bukan) Pembohong

11016697
Judul: Ayahku (Bukan) Pembohong
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 304 halaman
Cetakan keduabelas: Desember 2014
Goodreads Rating: 4.13/5.00

Tidak ada kata menyerah dalam kamus kehidupan Alim Khan. Dia yakin, siapa yang terus berjuang mengubah nasib, maka alam semesta akan mengirimkan bantuan, terlihat atau pun tidak terlihat

Dam kecil tumbuh besar dengan cerita-cerita indah petualangan ayahnya di masa muda. Persahabatan sang ayah dengan sang Kapten idola Dam, membuat Dam optimis dalam menjalani masa-masa sekolah dimana dia seringkali menjadi bahan olokan teman sekolahnya. Cerita indah apel emas dan lembah Bukhara serta suku Penguasa Angin membuat Dam tumbuh menjadi anak laki-laki yang santun, bijaksana, bahkan hampir tidak pernah menuntut hal yang berlebihan dari kedua orang tuanya. Meskipun beberapa kali Dam terpancing untuk membalas olokan temannya, dan pada akhirnya berkelahi, Dam tidak tumbuh sebagai sosok pendendam. Dam mereguk banyak nilai-nilai kehidupan dari cerita-cerita indah ayah.
Beranjak remaja, Dam bersekolah di Akademi Gajah, sebuah sekolah asrama yang berjarak delapan jam perjalanan kereta dari kota tempat tinggal Dam. Kesempatannya untuk mendengar cerita-cerita ayah hanya bisa dilakukan setahun sekali ketika libur panjang tiba. Beberapa kenakalan yang dilakukan Dam, membuatnya beberapa kali dijatuhi hukuman, salah satunya adalah membersihkan perpustakaan sekolah. Di sini, Dam menemukan hal-hal yang membuat dirinya ragu akan kebenaran cerita-cerita ayah.

Kepala suku benar, tidak perlu sebutir peluru, juga tidak perlu meneteskan darah anggota klannya untuk memenangkan perang, Yang dibutuhkan hanya kesabaran dan keteguhan hati yang panjang.

Dam memang tidak bisa membuktikan bahwa cerita-cerita ayah adalah sebuah kebohongan. Tapi selama dua puluh tahun berikutnya, Dam berhenti percaya akan kisah-kisah ayahnya, terlebih semenjak ibu, wanita yang sangat disayanginya, pergi meninggalkan mereka. Dam berjanji, dia tidak akan pernah membesarkan anak-anaknya dengan kisah-kisah yang bohong belaka. Semenjak dua puluh tahun itu pula, hubungan Dam dan ayahnya tidak pernah sama lagi.

Bangsa yang korup bukan karena pendidikan formal anak-anaknya rendah, tetapi karena pendidikan moralnya tertinggal, dan tidak ada yang lebih merusak dibandingkan anak-anak pintar yang tumbuh jahat.

***

Ibu lupa, Ibu wanita nomor satu dalam hidupku. Aku tidak akan pacaran dengan gadis mana pun.

Saya pernah beberapa kali baca novel Tere Liye sebelumnya, tapi berhenti suka karena salah satu bukunya (yang saya lupa judulnya) tidak sesuai ekspektasi saya. Beberapa minggu belakangan, saya meminjam dari seorang sepupu yang membeli hampir semua judul novel Tere Liye, dua novel berjudul Rindu dan Sunset Bersama Rosie. Saya kembali menyukai novel-novelnya dan memutuskan membaca Ayahku (Bukan) Pembohong.
Tidak sebagus Rindu dan sedinamis Sunset Bersama Rosie, tapi saya menyukai nilai-nilai kearifan yang dituangkan Tere Liye dalam keseharian bersahaja kedua orang tua Dam. Sejujurnya…saya tidak siap. Saya tidak siap kalau novel ini lebih mengarah ke dunia imajinasi dibanding realita kehidupan yang ada. Saya tidak siap membayangkan bahwa di dunia ketika Dam mengidolakan pemain bola internasional, muncul kehidupan tentang suku Penguasa Angin yang mengendarai layang-layang, atau ayah yang selama bertahun-tahun menggali tanah untuk menciptakan danau demi menemukan arti kebahagiaan.
Logika berpikir Dam seperti halnya logika berpikir para pembaca, di buku manapun kamu mencari, di mesin pencari manapun kamu ketikkan kata kuncinya, tidak akan kamu temukan tentang Lembah Bukhara, suku Penguasa Angin, maupun si Raja Tidur. Tapi alur cerita novel ini adalah hak mutlak penulis akan membawanya seperti apa, jadi you have to read the ending 🙂
Banyak nilai kehidupan yang bisa kita petik dari novel ini. Saya menyukai hubungan ibu dan anak yang tercipta antara Dam dan ibunya. Saya jatuh cinta dengan Akademi Gajah yang diciptakan penulis. Di belahan dunia manakah akademi ini berada? Yang paling saya sukai adalah bagaimana Dam akhirnya tumbuh dengan nilai-nilai kehidupan yang ditanamkan kedua orang tuanya sejak kecil. Yang menimbulkan pertanyaan buat saya adalah, apa teka-teki di balik dua buku yang ditemukan Dam di perpustakaan sekolahnya?

Kebahagian itu datang dari hati sendiri, bukan dari orang lain, harta benda, ketenaran, apalagi kekuasaan. Tidak peduli seberapa jahat dan merusak sekitar, tidak peduli seberapa banyak parit-parit itu menggelontorkan air keruh, ketika kau memiliki mata air sendiri dalam hati, dengan cepat danau itu akan bening kembali. 

Happy Reading! 🙂

you can find the book on bukabuku.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *