Ceritanya…Upit jalan-jalan lagi waktu tanggal merah kemarin. Kali ini, saya mencoba berganti suasana dengan jalan bareng teman yang lain (yang sebelumnya gak pernah bepergian sama-sama). Ada satu hal penting yang akhirnya saya sadari, kalau teman yang kita temui sehari-hari di tempat kerja belum tentu teman yang bisa seru ketika jalan bareng. Hal ini mengingatkan saya pada sahabat-sahabat saya semasa kuliah. Meskipun kami kemana-mana bersama, kami pantang tinggal dalam satu kos bersama-sama karena belum tentu teman jalan yang asyik bisa menjadi teman tinggal bareng yang kompak.
Ceritanya lagiii…saya agak menyesal telah mengiyakan keikutan dia dalam acara mbolang saya kali ini. Dan saya sudah memperingatkan diri saya untuk tidak lagi menjadikan dia teman mbolang saya. Bukannya saya benci atau tidak suka, tapi saya tidak tahan dengan berbagai komplain yang dia ajukan selama perjalanan.
Belum juga menginjak pintu penginapan saya sudah dibuat stres dengan tingkahnya. Salah saya mungkin mengajak anak manja backpacking ala saya. Mulai dari komplain kedatangan kereta api yang terlambat – karena katanya dia biasa naik pesawat -, kereta yang bolak-balik berhenti. Buat saya, traveling adalah proses perjalanan itu sendiri. Karena sudah bayar kelas ekonomi ya nikmati aja lebih kurangnya, meskipun saya akhirnya sadar juga berangkat dengan kereta ekonomi memang lumayan menguras tenaga bahkan sebelum tiba di tempat tujuan. Lain kali harus upgrade kelas, terutama untuk keberangkatannya. Capek ditambah komplain ituuuu…membuat mood liburan saya turun drastis. Tapi sudah terlanjur jalan, harus terus berusaha survive.
Karena sudah waktunya makan malam, kami memutuskan mencari makan sebelum check in ke penginapan. Komplain kedua saya terima beberapa menit setelah keluar dari stasiun. Sepertinya beberapa minggu sebelumnya saya sudah cerita deh kalau saya pengen nyoba makan ala warga lokal, makan di pinggir jalan yang murah meriah sambil menikmati atmosfer kota tujuan di malam hari. Dia setuju-setuju aja. Tapi kenapa waktu saya nyebut warung pinggir jalan dia malah komplain? Malah dengan seenaknya belok masuk ke mal dan makan di salah satu gerai fastfood. Masak iya saya ninggalin dia masuk sendirian? Di lain sisi saya juga memikirkan rekan seperjalanan yang lain yang memang niatnya irit budget. Mending kalo ditraktir 🙁
Komplain ketiga!!! Banyak bener ya komplainnya 😀
Karena saya budget traveler dan mereka bersedia ikut saya, harusnya terima dong kemana saya akan membawa mereka menginap. Masih untung saya gak ajak gelar tikar di stasiun atau di masjid 😛
Saya tau, teman saya yang ‘itu’ ceritanya pernah nginap di hotel bertarif jutaan, sedangkan saya nyarinya penginapan bertarif ratusan. Dan keluarlah komplain itu…kasur yang kurang empuk, tidak ada fasilitas air hangat, remote TV yang rusak, dan blah blah blah.
OKAY, dengan ini saya resmi mengeluarkan dia dari daftar orang yang akan saya ajak mbolang bersama suatu hari nanti. Sekian dan terima kasih…