Piknik di Kebun Raya Purwodadi

Merencanakan weekend harus selalu siap dengan hal-hal yang tak terduga kala sudah tiba waktunya. Makanya kita harus selalu legowo bahwa manusia yang berencana, Allah yang menentukan. Hehehe…. setidaknya itu yang terjadi pada weekend saya.

Suami di rumah, berarti waktunya pacaran (halal). Alhamdulillah… Weekend saya niatkan untuk nonton bioskop berdua sambil kulineran di sekitar Sidoarjo. Tapi karena kami mager dan malah pingin sarapan rawon di warung langganan, pupus sudah harapan ke Sidoarjo. Sudah terlalu siang dan lumayan juga naik motor bisa satu jam di jalan.  Karena gak ingin menghabiskan weekend dengan hanya leyeh-leyeh di rumah, akhirnya suami memaksa saya putar otak.

Pilihannya menjadi dipersempit karena waktu dan jarak. Tiba-tiba teringat status teman yang hobi hunting foto di Kebun Raya Purwodadi. Seru juga piknik, olahraga, sambil menghirup udara segar. Suami langsung setuju begitu saya utarakan niat. Yippiee, mari piknik!!

Hanya butuh waktu setengah jam dari rumah ke Kebun Raya Purwodadi, tapi karena weekend arus kendaraan lumayan padat karena searah dengan ke Kota Malang atau Batu. Harap bersabar, ini ujian…

Hampir jam 10 pagi kami sampai di Kebun Raya Purwodadi. Beli tiket masuk seharga Rp9.500 per orang yang dibulatkan Rp10.000 karena ditambah Rp500 untuk dana PMI (jadi ingat jaman-jaman sekolah dulu pakai sumbangan PMI segala). Ternyata sepeda motor tidak boleh masuk, harus parkir di depan dengan membayar biaya parkir Rp3.000 dan Rp1.000 per helm. Awalnya saya kira semua kendaraan tidak boleh masuk. Ternyata saya menemui beberapa mobil pribadi bisa leluasa keliling kebun raya. Yeee, bagaimana sih, serasa beda kasta. Huhuhu….

Tadinya sudah positive thinking karena ini kebun raya, kendaraan bermotor tidak boleh masuk dan bisa berkeliling pakai mobil yang sudah disiapkan pihak kebun raya seperti di Taman Bunga Nusantara di Puncak sono. Dengan tidak bolehnya kendaraan bermotor masuk, pengunjung bisa dengan nyaman menikmati sejuknya udara di Kebun Raya. Nyatanya saya melihat ada mobil dengan bebas keliling kebun raya, penumpang turun  dari mobil, foto-foto, naik mobil lagi, cari tempat foto-foto lagi. Ada juga beberapa mobil yang berisi serombongan keluarga yang sedang piknik. Tuh, kasian kan saya yang rakyat jelata ini lihat hal begituan. Kenapa harus dibedakan?

Lupakan keluh kesah saya, mari kita piknik!

Memasuki kebun raya, kita akan dihadapkan pilihan pada tiga jalur. Lurus, belok kanan, atau belok kiri. Ohya, lebih baik foto peta lokasi dulu yang terletak di kiri jalan ketika baru masuk. Daripada harus tersasar seperti nasib saya dan suami. Hehehe…

Kami memilih untuk lurus, mengikuti jalan utama menuju Rumah Kaca, melewati Taman Akuatik dan Paku. Karena saat saya ke sana belum musim penghujan, beberapa kolam terlihat kering, dan warna airnya pun jadi tak menarik karena keruh. Di area ini banyak terdapat rombongan yang sedang piknik. Mungkin karena terdekat dengan akses masuk, di pinggir jalan utama, dan juga pepohonan yang rindang.

 

Sebelum berbelok ke Rumah Kaca, pandangan saya malah beralih pada jajaran pohon dengan jalan setapaknya di area menuju Lawn Trembesi. Aihhh, cantiknya seperti di film Korea. Hehehe….

 

Rumah Kaca ternyata masih dalam proses renovasi, cuma bisa ngintip dari luar. Di depan area Rumah Kaca ada arena bermain seperti jungkat-jungkit dan ayunan, tapi panas karena tidak ada pepohonan di sekitarnya.

Kami memutuskan keluar dari jalan utama, melewati jalan setapak di antara pepohonan dan menemukan kolam air yang tentunya kering dengan jembatan kecil yang bisa dipakai berfoto-foto. Hehehe….

 

Menurut peta lokasi, area ini termasuk dalam Lawn Majapahit. Begini ya wujud pohon Majapahit? Aku tak tauuu…. yang pasti berjalan di antara pepohonan ini, berdua dengan pasangan halal, dunia serasa milik berdua. Hehehe…. Sepi dan udaranya begitu segar. Punya keinginan suatu saat nanti kalau sudah diamanahkan memiliki anak, jalan-jalannya ke sini aja. Jangan ke mall ya nak, nanti duit ibuk habis 😀

Kami berjalan terus melewati anak sungai yang kering, sampai menemui kembali jalan beraspal di sebelah utara. Yang ini jalanannya berukuran kecil dan tidak ada mobil maupun penjual jajanan. Ada sebuah bangku di seberang jalan yang kembali mengingatkan saya akan film-film Korea. Aihhh betapa dramanya saya hari itu….

 

Kami memutuskan memakan bekal yang kami bawa di bangku itu. Karena sudah sejam berjalan, dan sebentar lagi waktunya masuk sholat dhuhur. Menu sehat kami hari itu adalah buah naga, mangga alpukat yang tidak diiris seperti alpukat, brownies Primarasa oleh-oleh suami dari Bandung, dan dua kotak susu coklat.

 

Makan sambil berbincang berdua di tengah rimbunnya pepohonan ternyata bikin lupa waktu. Adzan duhur dari mushola kebun Raya membuat kami mengemasi kotak bekal yang telah kosong. Kami memutuskan menelusuri jalan beraspal tersebut sembari mencari penjual minuman. Perbekalan telah habis, dan kami masih separoh perjalanan kembali ke awal. Butuh air tambahan.

Alih-alih kembali ke rute awal, kami memutuskan memilih rute yang berbeda. Kembali menelusuri jalan setapak di area yang semakin jauh melangkah mulai memasuki Lawn Trembesi, dengan pohon trembesi yang begitu tinggi dan besar-besar. Lelah juga, tapi segar. Tapi kenapa mushola ini jauh sekaliii. Hahaha…

 

Saat kami mulai meninggalkan jalan utama, suami sempat mengatakan kalo dia sepertinya disorientasi arah. Saya sih yakin ingat jalan kembali ke awal, tapi ternyata saya juga disorientasi arah. Hehehe… Bukannya menuju mushola yang dekat pintu keluar, malah ke mushola yang di sebelah selatan. Pantes kenapa kok mushola ini sebelahan sama Gedung LIPI (yang saya tau terletak di sebelah selatannya Kebun Raya).

Benar saja, untuk menuju ke pintu keluar kami malah memutar-mutar karena buta arah. Hehehe, keburu lapar lagi. Pada akhirnya kami malah keluar dari jajaran Pohon-pohon Palem. Hmm, tapi hal ini gak bikin kami kapok. Next, harus ke sini lagi dan eksplorasi area yang lain.

 

Balas Dendam di Bakso Cak Man (Pdk)

Keluar dari Kebun Raya Purwodadi, kami mampir ke Bakso Cak Man (Pdk) yang letaknya tidak jauh dari kebun raya. Dulu bakso ini favorit saya dan masih berupa stan bakso kecil. Tapi sekarang warung bakso ini sudah berkembang begitu pesat dan menempati lahan yang lumayan luas.

Setelah lelah berjalan kaki di Kebun Raya Purwodadi, kami butuh recharge energi yang sepadan. Hehehe…. Dua mangkok bakso urat plus bakso yang lebih kecil, ditambah semangkok goreng (isi 5). Belum lagi segelas es jeruk dan semangkok es teler durian. Aduh, ini sih gak jadi diet malah nambah berat badan 🙁

 

Kalo saya ingin balik lagi ke Kebun Raya Purwodadi karena ingin eksplorasi area yang lain, alasan suami malah ingin balik ke sana karena makan bakso Cak Man (Pdk) sekali aja gak pernah cukup. Hehehehe….

Kalau kalian weekend kemana?

Have a good journey!

 

@uphiet_kamilah

10 thoughts on “Piknik di Kebun Raya Purwodadi

  1. Asyiiiiikkk pacara halal, hihihi, piknik ke Kebun Raya Purwodadi. Tapi, asli tidak adil yaaaaa masa iya ada mobil yang boleh masuk ke area kebun sedangkan yang lain kudu parkir kendaraan di depan 🙁 ya sudahlah, Kak Uphiet, nanti pakai mobil saja kalau ke sini hahaha. Btw baksonya bikin ngiler to the max euyyy.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *