Long Road to Tarakan

One of my bucket list dalam hidup saya adalah at least ‘ngambang’ di Derawan ?


Kesempatan itu datang di akhir tahun 2016 saat undangan mengunjungi adek tingkat kuliah yang tinggal di Tarakan tiba. How excited I was! Borneo, here I come!!!

Deg-degan yet excited saat menyiapkan rencana pergi ke Tarakan. Deg-degan karena perjalanan ini akan menjadi semi solo traveling saya yang pertama dengan naik pesawat, melintasi pulau menuju ujung Kalimantan sono. Perjalanan sebelumnya selalu dengan serombongan alias beramai-ramai. Kali ini, partner jalan saya baru akan mengalami penerbangan pertamanya. Beban berat ada di pundak saya ??

Flight ticket PP sudah di tangan, browsing tempat keren di Tarakan sudah didaftar. Siap berangkat!!

Memang gak seru kalo perjalanan ini tidak akan menjadi perjalanan penuh perjuangan dari awal berangkatnya ??

Malam sebelum keberangkatan, saya baru saja landing dari Bandung-Surabaya karena delay berjam-jam akibat lalu lintas udara harus dibersihkan untuk RI-1 yang melintas. Jam setengah dua belas malam tiba di rumah dan belum packing untuk esoknya berangkat ke Tarakan ?

Di hari keberangkatan, saya masih harus bekerja di pagi harinya. Pesawat take off jam 15.15 dan saya berencana keluar dari kantor sekitar jam 10 pagi. Tapi manusia memang hanya bisa berencana ? tetap Tuhan yang menentukan. Rencana keluar kantor jam 10 pagi, molor jadi jam 11. Bus yang masih menunggu penumpang sekitar 30 menit, bertemu kemacetan akibat mobil parkir karena penumpangnya melakukan ibadah sholat Jumat. Berbagai rencana cadangan mulai memenuhi pikiran saya. Yang tadinya berencana naik bus shuttle dari terminal Bungurasih hingga berencana naik taksi buat memangkas waktu. Jam 13.30 bus keluar dari tol Gempol dan berhenti total di pintu keluar ?Ada truk terbalik!!!

Bayangan ketinggalan pesawat, kehilangan duit, mengecewakan teman mulai memenuhi pikiran saya. Nangis juga gak mungkin membantu. Teman saya yang di Tarakan mulai panik, belum lagi teman yang sudah menunggu di bandara (yang belum pernah naik pesawat sebelumnya) bingung kalau harus berangkat sendiri ???

Saya mulai celingukan ke luar jendela sambil berpikir keras, sampai melihat sebuah warung kecil dengan plang bertuliskan “ojek” di sebelahnya. Saya memutuskan turun dari bus dan tanpa berpikir panjang berlarian sambil memanggul ransel yang lumayan beratnya. Berapapun ongkosnya saya bayar asal sampai di bandara dan tidak ketinggalan pesawat.

Dengan kecepatan ala pembalap jalanan, bapak tukang ojek membawa saya melintasi jalanan kota Sidoarjo yang lumayan padat di hari itu. Tepat pukul 15.05, saya tiba di depan terminal keberangkatan bandara Juanda. Pfiuhhh, berlarian buat cetak boarding pass (thanks to online check-in), antri masuk gate, belum sempat duduk dan meneguk minuman yang diberi teman saya, penumpang sudah dipanggil untuk boarding. Rasanya pingin kelesotan di bawah sambil kipas-kipas. What a journey!!!

Pesawat take off dan kepanikan saya berganti rasa harap-harap bahagia dan tak percaya. Saya menjejakkan kaki secara resmi di Kalimantan ketika pesawat mendarat di bandara Sultan Aji Muh. Sulaiman, Sepinggan, Balikpapan. “Kita ada di Kalimantan loo,” ujar teman saya berkali-kali. Ya sih, norak tapi biarlah ?

Bandara Sepinggan dari ruang tunggu



Kami transit selama 2 jam di Bandara Sepinggan, sebelum melanjutkan penerbangan ke Tarakan. Bandara Sepinggan keren, tapi saya terlalu lelah setelah jadi pembalap tadi. Dan saya kelesotan di karpet ruang tunggu ??

Lagi-lagi ketidakpercayaan terjadi ketika kami telah sampai di Bandara Juwata, Tarakan. Kita beneran di pulau kecil yang jauh di atas pulau Jawa itu ya??? Hahaha, norak. Biarlah…

Have a good journey!

Follow me on IG @uphiet_kamilah

Follow me on FB Uphiet Kamilah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *