Melbourne: Rewind

Judul: Melbourne: Rewind
Penulis: Winna Efendi
Penerbit: Gagasmedia
Tebal: 328 halaman
Cetakan keempat, 2013
Goodreads Rating: 3.79/5.00
A light is never just light. Cahaya, seredup apa pun, mampu mengiluminasi kegelapan, dan menjadi medium yang menghidupkan dunia.
Max, lelaki pemuja cahaya itu akhirnya memutuskan kembali ke Melbourne setelah lima tahun yang lalu dirinya pergi ke New York demi impian dan dengan berat hati meninggalkan seorang wanita yang sangat dicintainya kala itu, Laura.
Sementara Laura masih betah tinggal di Melbourne, menjadi manusia tengah malam sebagai penyiar radio dan penulis, pekerjaan yang jauh dari bidang yang ditempuhnya selama kuliah.
Keduanya kembali bertemu, tidak untuk menjalin hubungan percintaan seperti dulu. Hanya sebatas pertemuan antara Max dan Laura. Kembali mereka sering mengunjungi Prudence, sebuah bar yang dulu akrab dengan kebersamaan mereka selama masih pacaran. Menghabiskan secangkir kopi sembari berbincang atau sibuk dengan rutinitas masing-masing.
Meskipun ada perasaan yang nyaman ketika bertemu kembali, baik Laura dan Max memutuskan untuk menyimpan dalam-dalam perasaan mereka saat ini, mereka memilih berbicara tentang hal-hal di masa lalu yang tadinya tidak bisa dibicarakan selama masih berpacaran.
Perasaan Laura kembali terusik dengan munculnya sosok Evan, seorang dokter hewan yang menjadi kekasih Cee, sahabatnya sendiri. Banyak persamaan yang ditemukannya ketika bersama Evan. Perlahan Laura merasakan hal yang lebih dari sekedar sahabat dari pacar lelaki itu.
Sementara Laura terombang-ambing oleh perasaannya sendiri, Max mulai menyadari bahwa perasaannya pada Laura tidak pernah berubah. Max tetap berada di sana, menunggu Laura kembali padanya.

Jatuh cinta pada seseorang memang nggak selalu terjadi sesuai teori dalam buku, atau kayak kisah-kisah romantis dalam film. Manusia nggak bisa milih kapan waktu yang tepat untuk jatuh cinta.

***

NOvel STPC yang ini berkisah di Melbourne, yang dengar-dengar adalah kota paling galau di Australia, karena perubahan cuacanya yang bisa berganti-ganti tanpa bisa diprediksi. Masing-masing karakter digambarkan sebagai orang-orang Indonesia yang kuliah dan bekerja di Melbourne sana. Winna tidak memulai kisah dengan pertemuan dua orang yang kemudian jatuh cinta, menjalin kasih, timbul konflik, blah blah blah. Winna memulai cerita dari hubungan yang telah usai, memandang kembali hubungan yang terjadi di masa lalu.
 
Winna Efendi membagi cerita dalam novel ini menjadi empat bagian, which is keren banget menurutku. Bagian satu adalah Rewind, yang menceritakan flashback kisah cinta Max dan Laura. Bagian kedua adalah Pause yang menceritakan kehadiran laki-laki lain dalam hidup Laura. Bagian ketiga adalah Play yang menceritakan kepedihan hati Laura yang cintanya bertepuk sebelah tangan dan juga hubungan antara Laura dan Max yang dirasa Max lebih hanya sekedar teman. Dan bagian terakhir adalah Fast Forward, dimana Max dan Laura benar-benar melihat ke dalam diri mereka bagaimana perasaan mereka satu sama lain.
Saya sempat membenci karakter Laura dalam novel ini, terutama ketika dia bertemu dengan Evan. Sebagai seorang sahabat dari pacar Evan, harusnya Laura tidak membiarkan perasaan sukanya bergulir dengan mulus untuk Evan. Harusnya dia merasa bersalah karena perasaan sukanya, bukan mengemukakan perasaan sedihnya ketika membayangkan kebersamaan Evan dan sahabatnya. Kalau seumpama Evan menyambut perasaannya, jangan-jangan Laura akan membiarkan perasaannya menang dan mengorbankan persahabatannya.
Sebelum membaca, saya sengaja mengumpulkan tiap track lagu yang dipilih penulis sebagai latar belakang cerita, pengennya biar lebih menjiwai. Sekali dua kali mendengarkan lagu-lagunya dan membaca ceritanya, terasa banget ceritanya sendu. Tidak ada gejolak emosi yang meledak-ledak. Baik Max maupun Laura digambarkan sebagai orang yang tidak mudah mengumbar emosi.

A song tells the story of your life; there’s always a personal history attached to it. Itulah yang menarik dari musik – setiap orang memiliki soundtrack kehidupannya sendiri.

Track list “Melbourne”:

  1. Back to You – John Mayer
  2. Gotten – Slash ft Adam Levine
  3. Never Saw Blue Like That – Shawn Colvin
  4. Life After You – Daughtry
  5. Passenger Seat – Death Cab for Cutie/Stephen Speaks
  6. Collide – Howie Day
  7. You and Me – Lifehouse
  8. Deep – Binocular
  9. Love is No Big Truth – Kings of Convenience
  10. One and Only – Teitur
  11. I’ll Be – Edwin McCain
  12. Someday We’ll Know – New Radicals
  13. Fix You – Coldplay
  14. All I Know – Five for Fighting
  15. Kiss Me Slowly – Parachute
  16. Love Song – The Cure

Happy Reading! 🙂

Review ini diikutkan dalam Indonesian Romance Reading Challenge 2014 di http://kubikelromance.blogspot.com/2013/12/update-indonesian-romance-reading.html
Review ini diikutkan dalam Indiva Readers Challenge 2014 di http://indivamediakreasi.com/indiva-readers-challenge-irc-2014/
Review ini diikutkan dalam Winna Efendi’s Book Reading Challenge 2014 di http://luckty.wordpress.com/2014/01/04/link-winna-efendis-book-reading-challenge-2014/
…dan tentu saja review ini diikutkan dalam BBI Review Challenge…

3 thoughts on “Melbourne: Rewind

  1. Aku juga lumayan lama bacanya, mungkin karena karakter-karakternya gak ada yang ekstrovert, jadi berasa sendu banget ceritanya. Eksplorasi kotanya juga kurang

  2. Seri STPC baru baca ini sama london aja. Paling suka yang ini sih. Menurutku feelsnya lebih dapet dan lebih kerasa nyata.
    Karyanya Winna Effendi emang kebanyakan nyesek ya XD

Leave a Reply to Uphiet Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *