Judul: Remember When: Ketika Kau dan Aku Jatuh Cinta
Penulis: Winna Efendi
Penerbit: Gagasmedia
Tebal: 252 halaman
Cetakan kesembilan, 2013
Goodreads Rating: 3.78/5.00
“Being able to live with or without someone is just a matter of perspective.”
Masa SMA mungkin menjadi masa yang paling tidak terlupakan bagi sebagian besar orang. Begitu pula yang terjadi pada Freya, Gia, Adrian, dan Moses. Di awal masa-masa SMA, Adrian, bintang basket itu berani menyatakan cinta pada Gia, siswi SMA yang juga jadi incaran banyak siswa di SMA. Sementara sahabat Adrian, Moses, siswa terbaik se-SMA itu dengan malu-malu juga menyatakan cinta pada teman sebangkunya, Freya.
Sejak saat itu, keempatnya sering menghabiskan waktu bersama, entah nonton bareng atau hanya sekedar makan-makan. Berbanding terbalik dengan pasangan Adrian-Gia yang ekspresif dalam menunjukkan perasaannya, Freya dan Moses lebih cenderung pasif. Jangankan mencium, atau memeluk, sekedar membelai rambut atau memegang tangan Freya saja, Moses jarang melakukannya.
Keadaan mulai berubah ketika Mama Adrian meninggal. Hari itu karena Moses dan Gia sedang mengikuti kegiatan OSIS di luar kota, Freya terpaksa menemani Adrian sendirian. Freya yang juga pernah kehilangan seorang ibu seakan bisa mengerti benar perasaan kehilangan yang dialami Adrian. Berbeda dari tatapan kebanyakan orang yang mengandung simpati dan berusaha menghibur, bagi Adrian tatapan Freya adalah tatapan kesedihan yang sama yang dirasakannya.
Perlahan Adrian mulai mengalami perubahan pada perasaannya. Adrian memang masih menyayangi Gia, tapi tidak seperti dulu. Dia menginginkan kehadiran Freya di sisinya, menginginkan kehadirannya lebih dari sekedar sahabat kekasihnya, Gia. Sementara Freya berusaha menghindar, meskipun perlahan dia mulai merasakan perasaannya berubah. Tapi bagi Freya persahabatannya dengan Gia jauh lebih berharga dari kebahagiaannya sendiri. Freya juga tidak ingin menyakiti hati Moses, lelaki yang selalu menghargai dan menjaganya selama ini.
Setiap akhir adalah permulaan yang baru. Sometimes things fall apart so other things can come into place.
***
Ternyata.. ini adalah novel pertama seorang Winna Efendi. Tadinya novel ini berjudul Kenangan Abu-Abu yang kemudian bertransformasi menjadi Remember When. Well, impressive enough for newbie.
Tidak berbeda dengan
Refrain dan
Melbourne, Winna menggunakan POV dari masing-masing tokoh utamanya. Mungkin karena ini adalah novel pertama, POV yang dibentuk Winna tidak terasa berbeda untuk masing-masing karakter. Terasanya baik Gia, Freya, Adrian, dan Moses adalah orang yang sama.
Pesan yang ingin diangkat Winna terasa tepat tersampaikan. Bagaimana sebuah persahabatan yang tulus mampu mengalahkan keegoisan pribadi. Atau bagaimanapun kuatnya kita bertahan di sisi seseorang, jika seseorang itu ingin berada bersama orang lain, tak akan ada kebahagiaan yang menghampiri. Akan lebih baik jika kita membiarkan seseorang itu bahagia bersama orang yang diinginkannya. Kadang, cinta tidak harus memiliki itu benar adanya. Mungkin bagi diri sendiri terasa sakit, tetapi melihat orang yang dicintai merasa bahagia, saya rasa itu sudah cukup.
Sebenarnya ide cerita yang diangkat sederhana saja, kejadian yang mungkin umum terjadi di kala SMA atau remaja. Tapi seperti biasanya, Winna Efendi punya pemilihan kata dan gaya penceritaan yang bisa menghipnotis para pembaca. Bagi orang yang tidak remaja lagi seperti saya (hmmm…), saya cukup menikmati dan tenggelam dalam novel ini sampai akhir cerita.
Ada suatu saat kita tidak dapat memilih yang terbaik. Ada suatu saat di mana kita berbuat kesalahan, dan hidup dalam kenangan penuh penyesalan. Tapi saat ini, aku hanya ingin mengikuti kata hati-ke mana pun ia membawaku.
Happy Reading! 🙂
…dan tentu saja review ini diikutkan dalam BBI Review Challenge…