Judul: Sebelas Patriot
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan: Juni 2011
Menggemari tim sepak bola negeri sendiri adalah 10% mencintai sepak bola dan 90% mencintai Tanah Air.
Masih tentang Ikal sebagai tokoh utama yang mewakili penulis. Kali ini fragmen ceritanya seputar Ikal yang mengejar cita-cita sebagai pemain bola nasional. Cita-citanya semakin kuat ketika mengetahui bahwa ayahnya ternyata adalah pemain bola di masa mudanya. Meskipun karirnya kandas karena tempurung lutut kiri ayahnya diremukkan Belanda. Tahap demi tahap dilalui Ikal untuk menjadi pemain PSSI, mulai dari ikut klub kampung, seleksi kabupaten, sampai menjadi pemain sepak bola junior Provinsi Sumatera Selatan. Dari Ikal kecil yang berjuang menjadi pemain bola, cerita melompat ke kisah Ikal saat bersekolah di Prancis. Selama di sana, Ikal sempat backpacking dan mengunjungi Madrid demi sebuah tujuan: demi ayahnya.
Membaca novel ini seperti bertemu dengan teman lama. Hey, bagaimana bisa penulis tahu kalau saya tidur di atas bed cover AC Milan dan membuat akun email dengan nama tambahan???
Sebagai perempuan yang rela menghabiskan waktu begadang tengah malam demi nonton bola, agaknya saya menemukan jawaban di novel ini alasan kenapa saya bisa betah melek malam demi melihat 22 orang di lapangan berlarian ke sana kemari mengejar bola.
Andrea Hirata masih setia dengan gaya menulisnya yang ‘cantik’ dan penuh metafora, yang kadang-kadang terasa berlebihan. Di novel ini, penulis menambahkan foto dan bonus CD musik untuk memperkuat cerita (hmm, sampai sekarang saya belum mendengar CD musiknya :P)
Tapi novel ini lebih terasa seperti sebuah catatan daripada kesatuan cerita. Terlebih ketika cerita berpindah ke kisah Ikal di Madrid. Cerita seakan berganti dari Ikal yang mengejar cita-cita menjadi pemain nasional menjadi cerita dari sudut pandang suporter sepak bola. Sayangnya, novel ini terlalu tipis dan judul “Sebelas Patriot” kurang terwakili 🙁
Begitu besar cinta, begitu singkat waktu, begitu besar kecewa, lalu tak ada hal lain selain menunggu pertandingan berikutnya, lalu bergembira lagi. Sepak bola adalah satu-satunya cinta yang tak bersyarat di dunia ini.
Happy Reading! 🙂