Tanjung Bira berada di wilayah Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Karena kami menginap dua malam di Tanjung Bira yang ternyata jauh dari harapan saya, hari keempat perjalanan kami di Sulawesi Selatan, kami memutuskan untuk mengeksplorasi lebih jauh lagi tempat-tempat wisata di Bulukumba ini.
Ujung Bira
Sehabis subuh (belum mandi) kami menuju ujung Tanjung Bira, tempat Nol KM Sulawesi Selatan berada. Kalau kemarin sore kami sempat ingin ke sini, ada petugas penjual tiket untuk memasuki kawasan ini. Tapi kalau sehabis subuh tidak ada petugas satu pun karena rata-rata pengunjungnya adalah orang-orang yang menginap di kawasan Tanjung Bira.
Masih sepi, kami menjadi pengunjung pertama di Titik Nol KM. Udara segar lautan langsung menerpa. Nampaknya titik ujung Bira ini adalah tempat favorit wisata di Tanjung Bira. Selain tugu titik nol, tidak jauh dari tempat itu terdapat wisata selfie yang sengaja dibangun untuk menarik wisatawan, berupa jembatan kaca atau spot berbentuk perahu yang dicat warna warni.
Ada juga Teras Bira, yang sengaja dibuat sebagai sarana olahraga pagi. Hening sekali pagi di sini….
Desa Pembuatan Kapal Phinisi
Berjarak 18km dari Tanjung Bira terdapat sebuah desa atau kampung yang merupakan lokasi industri pembuatan kapal phinisi, tepatnya di Desa Tana Beru, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba.
Sepanjang pesisir pantainya berjejer kerangka-kerangka kapal yang sedang dalam proses pengerjaan. Kapal yang kebanyakan ukurannya melebihi tinggi dan besar rumah ini dikerjakan secara manual menggunakan tenaga manusia. Kapal kebanggaan masyarakat Bugis ini telah dikenal sebagai kapal kuat dan tangguh dalam berlayar.
Telaga Biru Ere Manerang
Berjarak hanya 5 km dari desa pembuatan perahu phinisi, terdapat obyek wisata Telaga Biru Ere Manerang. Telaga ini terletak di belakang pemukiman penduduk, agak ragu untuk masuk karena kami harus melewati pelataran rumah-rumah warga.
Suasana sepi, dan seperti tertulis di gmaps, tempat ini temporary closed.
Kami menikmati suasana sunyi di telaga ini, begitu tenang dan sejuk karena dikelilingi pohon-pohon besar. Sayangnya wisatanya tutup, kalau dilihat dari fasilitasnya, terdapat bangunan di pinggir telaga yang bisa digunakan untuk duduk-duduk menikmati pemandangan sambil menikmati cemilan. Ada juga perahu yang disewakan untuk berkeliling telaga biru ini.
Warnanya memang benar-benar biru, bening pula sehingga pemandangan di dasar telaga juga terlihat.
Tebing Appalarang
Ke obyek wisata ini agak mikir-mikir sebenarnya. Jauh bener kayaknya, dan kalau lokasinya di tebing bisa-bisa agak menantang rute perjalanannya. Berjarak 16 km atau sekitar 30 menit, kami kembali ke rute awal saat akan menuju Tanjung Bira dari arah Sinjai, jalan kecil dengan suasana sepi.
Dari jalan utama, kami berbelok ke sebuah jalan kecil, tidak beraspal, dan masih berbatu-batu. Aduh-aduh beneran jalanannya agak offroad ini, gak yakin kalau ini jalan utama karena ada beberapa turunan tajam, yang kalau dari arah sebaliknya agak susah buat dilalui. Lokasi tebing ini berada jauh masuk dari jalan utama. Tapi kalau dilihat dari foto-fotonya kok keren, banyak pengunjungnya, penasaran tapi lihat jalanannya rasanya pingin balik pulang.
Hari selasa, 16 Agustus 2022, tidak terlalu ramai pengunjung. Setelah memarkir sepeda, kami berjalan ke dalam area wisata. Warung dan toko oleh-oleh banyak yang tutup, padahal ini sudah siang hari. Mungkin mereka hanya buka saat weekend atau musim liburan. Hanya ada beberapa toko yang buka.
Tebing Appalarang terpilih sebagai satu dari 50 desa wisata terbaik di tahun 2021. Pemandangan keren dan masih alami, meskipun ada beberapa spot foto selfie. Menghadap langsung ke teluk Bone yang biru dan sangat indah.
Matahari begitu terik, kami beristirahat sebentar di gazebo yang sengaja dibangun untuk tempat beristirahat wisatawan. Memulihkan tenaga untuk kembali lagi ke penginapan di Tanjung Bira.
Ternyata jalur untuk pulang berbeda dengan jalur datang tadi, jalur pulang cenderung landai tapi memutar jauh, dan hanya cukup untuk maksimal satu mobil. Untuk kembali ke jalur utama harus melewati area pemukiman penduduk.
Setelah makan siang di salah satu tempat makan ke arah Tanjung Bira, kami menghabiskan sisa hari di Tanjung Bira dengan beristirahat. Nampaknya cuaca yang terik membuat badan kami kelelahan. Beristirahat untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Makassar, keesokan hari.
Have a great day,
Siang mbak….😁…apa jangan” kapal pinisi nusantara yg selalu jalan ke luar itu di buat di sini ya..🤔bisa jadi…warna lautnya masih biru banget..itu tanda masih dijaga banget..biasanya pantai buat komersil sering banyak sampah bekas pengunjung
katanya banyak kapal2 di labuan bajo produksi dari sini mbak, karena lokasinya juga dekat.
Sebenarnya masih ada beberapa sampah sih mbak, tapi gak terlalu bermasalah seperti di obyek wisata yang ramai pengunjung
Lihat beberapa postingan tentang sulawesi selatan, tanjung bira dan bulukumba memang jadi destinasi yang sering dikunjungi. Pemandangan pantai yang bagus, jalan yang menantang, dan pembuatan phinisi jadi daya tarik tersendiri.
Kapal phinisi memang jadi legenda tersendiri dalam dunia pelayaran indonesia.
iyaa, wisata di sulawesi selatan termasuk lengkap, mau laut, gunung, perkotaan, wisata alam, wisata budaya pun ada