Sunmori Melintasi Taman Hutan Raya Cangar

Jalur Pacet-Cangar adalah jalur alternatif antara Mojokerto dan Batu. Melintasi jalan berkelok, tikungan tajam, kontur jalan yang naik turun, jalur ini sering dianggap jalur yang lumayan seram dan rawan kecelakaan.

Di balik kesan buruk seperti itu, jalur Pacet-Cangar menawarkan keindahan alam dan udara sejuknya. Berada di dataran tinggi, melewati taman hutan raya, kebun-kebun buah dan sayur, dan kafe-kafe yang menawarkan tempat nongkrong dengan pemandangan indah, jalur ini menjadi favorit pengendara motor di hari Minggu.

Yup, kalau melintasi jalur ini di hari Minggu pagi dijamin ramai dengan pengendara motor yang beramai-ramai memadati jalan, spot-spot foto dan warung-warung pinggir jalan. Ada juga yang mengantre masuk ke kafe cantik untuk nongkrong with a view. Sunday morning ride, istilah kerennya.

Tapi, kalau mau mampir ke kafe-kafe di kawasan ini, meskipun terkesan modern tetap harus bayar cash. Karena jaringan internet di sini yang sangat limited atau mungkin gak ada ya, tidak ada kafe yang memasang mesin EDC atau Q-RIS. Pernah sih baru sadar harus bayar cash saat udah antre pesan. Kepalang tanggung, pesan seadanya saja buat berdua dengan uang yang terbatas 😀

Saya dan suami juga beberapa kali melewati jalur ini di hari minggu, dengan rute sarapan di Prigen/Trawas, nongkrong di Cangar, beli stroberi yang dijual di pinggir jalan, makan siang di Malang, pulang 🙂

Jalur favorit tentu saja memasuki taman hutan raya, segar sekali udaranya. Belum lagi, kalau sepi suara alam terdengar jelas. Tapi jalur ini lumayan uji nyali kalau dilalui di malam hari.

Beberapa obyek wisata juga ada di sekitaran Cangar, seperti sumber air panas maupun air terjun.

Setelah Tahura dilewati, akan muncul banyak warung atau cafe di sepanjang jalan berikut dengan spot selfienya. Pemandangannya memang bagus, hamparan kehijauan ladang, perkebunan dengan latar belakang pegunungan. Kadang kala pun diliputi kabut.

Jalur berkelok-keloknya mengingatkan saya akan pemandangan daerah Sembalun, betah sejauh mata memandang. Ada banyak penjual buah dan sayuran, karena memang di sepanjang jalan terbentang perkebunan buah dan sayur. Saya selalu menyempatkan diri membeli satu atau dua pak stroberi yang dijajakan di pinggir-pinggir jalan.

Sesekali kami berbelok ke jalan kecil, penasaran dengan banyaknya bangunan-bangunan tak terpakai yang sepertinya dulu dipakai gudang. Kalau minggu biasanya ramai sekali, beda dengan Sabtu yang jauh lebih lengang.

Sunmori seperti ini saja, bisa jadi shortgetaway buat yang butuh healing, ya kaan….

 

Have a good journey,

12 thoughts on “Sunmori Melintasi Taman Hutan Raya Cangar

  1. Gudang “udh ga kepakai kalo buat pepotoan menarik juga ya kesannya gmna gitu..tapi mbuh kalo malam hari..apa ga serem ya mbk😀

  2. Uih seger sekali emang di daerah situ, sejak 2019 stay di Jawa Timur ini jadi bikin betah jadi orang Jatim skr, lebih sejuk dibandingkan ibukota Jakarta, gak nyesel ninggalin ibukota demi Jawa Timur.

    1. Saya lahir dan besar di Jawa Timur, dibanding daerah lain di Jawa sepertinya tempat-tempat di Jawa Timur memang bisa jadi alternatif healing kalau bosen di satu tempat 🙂

  3. Di foto bekas perumahan jadi ingat cerita horror di twitter yang ramai tahun lalu (kalau ga salah). Pas itu penceritanya jga bercerita tentang daerah cangar.

    Daerah pegunungan kayak gini emang ramai dengan para penggemar touring. Aku pun juga suka cari jalan-jalan kayak gini. Kadang bosen lewat jalur biasa, akhirnya cari jalur alternatif yang menawarkan pemandangan yang bagus 😀

    1. memang banyak cerita horor tentang jalur Cangar-Pacet ini. Suasananya juga mendukung sih sebagai lokasi wisata horor 😀
      Jalur biasa biasanya bikin ngantuk pengendara karena lurus-lurus saja, kalau berkelok-kelok dengan pemandangan indah biasanya bikin mata melek, ya kan 🙂

    1. perlu kehati-hatian kalau melewati jalur ini, gak boleh terlena dengan pemandangan indahnya 🙂
      Karena rawan kecelakaan, banyak relawan warga lokal yang berjaga-jaga dan memperingatkan pengemudi di titik-titik tertentu.

  4. Sejak jadi orang cashless, aku kalo mau beli2 di tempat yang kliatan kecil atau lokasi terpencil, pasti jadi nanya, terima qris atau kartu ga. Sebel juga kalo dah mesen ternyata cuma bisa cash ya 😄.

    Sampe Skr masih penasaran kenapa nama kota ini Pacet. Aku selalu merinding kalo denger, karena bayangin di sana banyak pacet atau lintah 😅. Paling takut soalnya Ama hewan itu

    1. Nah iya, saya pun sekarang sudah malas pegang cash karena lebih praktis cashless. Salah satu efeknya ya begini pas gak bisa cashless, lihat dompet isinya cuma mentok 2 lembar 100ribuan 😀

Leave a Reply to uphiet Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *