Surat Dahlan

Judul: Surat Dahlan
Penulis: Khrisna Pabichara
Penerbit: Noura Books
Tebal: 396 halaman
Cetakan I, Januari 2013
Goodreads Rating: 3.87/5.00


“Hidup bukan rentetan kenikmatan belaka. Kadang kita butuh kegagalan untuk memahami betapa nikmatnya keberhasilan.”

Dahlan muda memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya, Kebon Dalem, Takeran, menuju Samarinda, Kalimantan Timur untuk meraih gelar sarjananya. Tidak hanya kuliah di PTAI saja, Dahlan pun sempat kuliah di Universitas 17 Agustus, Samarinda. Tapi sepertinya, dunia perkuliahan bukanlah hal yang cocok bagi Dahlan muda. Cara mengajar dosen yang terkesan teoritis dan tidak sesuai dengan perilaku mereka, membuat Dahlan tidak bersemangat bahkan sempat menentang cara mengajar salah satu dosennya.

“Tak ada yang lebih buruk daripada mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu terjadi.”
Di tengah kebimbangannya untuk melanjutkan kuliah, Dahlan muda juga dilanda rindu kampung halaman. Pada Bapak dan Zain, teman-temannya, dan pada Aisha. Surat-surat yang dikirimkan Aisha seolah menegaskan rindu yang dipendam Dahlan muda. Di antara rasa rindu, kebimbangan, Dahlan muda menemukan pelarian lewat organisasi kemahasiswaan PII. Di dalam organisasi ini, Dahlan muda menyuarakan aspirasi rakyat yang tidak puas dengan kinerja pemerintah.

Sayangnya, karena keaktifannya dalam organisasi PII, Dahlan muda sempat menjadi buronan para tentara yang menuduhnya dan kawan-kawan sebagai musuh negara. Dahlan muda ditolong oleh seorang nenek yang tinggal di tepi sungai, bernama Nenek Saripa. Melalui Nenek Saripa, Dahlan muda bertemu dengan pemilik koran harian Mimbar Masyarakat, Sayid. Sejak saat itu Dahlan muda mulai menggeluti bidang jurnalistik yang akhirnya membuat ia direkrut sebagai salah satu kontributor majalah Tempo yang nantinya akan mempertemukan ia dengan “jodoh”nya yang bernama Jawa Pos.

“Kita memang dilahirkan bersama rasa takut, tapi kita tak boleh gentar menghadapi apa pun.”


***

Yup, ini adalah novel kedua atau lanjutan dari novel Sepeda Dahlan yang menceritakan perjalanan hidup seorang Dahlan Iskan. Kalau di Sepeda Dahlan, diceritakan perjuangan Dahlan kecil ketika masih di Kebon Dalem, Takeran, di novel Senyum Dahlan, diceritakan Dahlan muda yang melakukan perantauan ke luar pulau dan menempuh kuliah serta kisah awal Dahlan muda mengenal dunia jurnalistik.


Secara cerita, judulnya kurang mewakili isinya. Apakah surat-surat Aisha kepada Dahlan yang dimaksud? Apakah itu termasuk surat dari Bapak? Akan lebih menarik kalau surat-surat dari Bapak untuk Dahlan lebih diangkat daripada surat Aisha untuk Dahlan atau sebaliknya. Karena dari surat atau kisah-kisah yang selalu didongengkan Bapak banyak pesan moral dan kehidupan yang disampaikan.

Dari novel ini saya belajar banyak kosakata baku yang tadinya tidak pernah saya dengar. Ada beberapa kosakata yang akhirnya harus saya cari padanan atau arti katanya di kamus besar Bahasa Indonesia karena rasa penasaran, di antarannya: 

  • diterungku (halaman 3): terungku /te·rung·ku/ kl n penjara; bui; menerungku /me·ne·rung·ku/ v 1 memenjarakan; menahan dl penjara 2 ki menguasai
  • berkelindan (halaman 5): kelindan 3 /ke·lin·dan / n, berkelindan /ber·ke·lin·dan/ v ki erat menjadi satu
  • amar (halaman 5): amar n 1 perintah; suruhan; mengamarkan /meng·a·mar·kan/ v memerintahkan; menyuruh melakukan; mengindahkan segala yg diperintahkan Tuhan; amaran /amar·an/ n tugas yg harus dilaksanakan; perintah
  • terperenyak (halaman 5): enyak v, mengenyak /meng·e·nyak/ v 1 menginjak (menekan, mengentak, dsb) kuat-kuat; 2 merebahkan, menjatuhkan badan untuk duduk, tidur; mengenyakkan /meng·e·nyak·kan/ v menjatuhkan (diri) pd; terperenyak /ter·per·e·nyak/ v jatuh terduduk dng tiba-tiba; jatuh duduk; terjelepok
  • menempelak (halaman 17): tempelak /tem·pe·lak/ n celaan (teguran) yg disertai dng pengungkitan perkara yg sudah-sudah untuk menunjukkan kesalahan dsb; menempelak /me·nem·pe·lak/ v menggusari dan menyesali dng mengungkit-ungkit perkara yg sudah-sudah dsb; mencerca keras
  • mencangkung (halaman 18): cangkung /cang·kung/ v, bercangkung /ber·cang·kung /v 1 duduk dng lutut dinaikkan; bertinggung; 2 duduk bertekan di atas telapak kaki; jongkok
  • kumpai (halaman 25): kumpai 1 /kum·pai / n rumput (gelagah), tumbuh di paya-paya
  • rembang (halaman 51): rembang /rem·bang/ a 1 setinggi-tingginya (tt matahari, bulan); titik di langit; 2 kl tepat benar (waktunya)
  • bercendawan (halaman 201): cendawan /cen·da·wan/ n Bio jamur (tumbuhan tidak berdaun, dan membiak dng spora) yg besar, umumnya berbentuk payung; bercendawan /ber·cen·da·wan/ v ditumbuhi cendawan; berkulat; bulukan 
  • berkapang (halaman 201): kapang 2 /ka·pang / n, berkapang /ber·ka·pang/ v bercendawan; bulukan
  • lesap (halaman 205): lesap /le·sap/ v 1 hilang; lenyap; lucut; 2 menghilang secara berangsur-angsur (suara, gambar); melesapkan /me·le·sap·kan/ v menghilangkan; melenyapkan; pelesapan /pe·le·sap·an/ n proses, cara, perbuatan pelesapan; penghilangan 
  • alai-balai (halaman 218): alai-belai /alai-be·lai/ ark n bujukan
Dengan gaya bercerita yang indah, penulis menyajikan kisah perjuangan Dahlan muda yang menginspirasi banyak orang. Novel ini memang masih kalah bagus jika dibanding perjuangan Dahlan kecil dalam Sepeda Dahlan, tapi kita bisa belajar banyak tentang dunia jurnalistik melalui perjuangan Dahlan menembus media nasional.

“Kadang kita luput mensyukuri anugerah yang kita terima. Mungkin karena rahmat itu kita anggap kecil atau memang sesuatu yang lumrah, lantas kita lalai menjaganya.” 

Happy Reading! 🙂

you can find the book on bukabuku.com


Review ini diikutkan dalam Indonesian Romance Reading Challenge 2014 di http://kubikelromance.blogspot.com/2013/12/update-indonesian-romance-reading.htmlReview ini diikutkan dalam Indiva Readers Challenge 2014 di http://indivamediakreasi.com/indiva-readers-challenge-irc-2014/…dan tentu saja review ini diikutkan dalam BBI Review Challenge…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *