The Coffee Memory

Judul: The Coffee Memory
Penulis: Riawani Elyta
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 232 halaman
Cetakan Maret 2013
Goodreads rating: 3.27/5.00

“Cinta platonis, selayaknya kopi pertama yang membuatmu terkesan, sangat terkesan, hingga tahun-tahun yang berlalu tetap tidak mampu membungkam memorimu akan cita rasa cinta, aroma, dan jenisnya, dan akan tetap mengenangnya sebagai kopi terbaik meski setelahnya kamu mengenal dan menghirup puluhan jenis kopi yang lain.”

Bagi Dania, kopi adalah Andro, suaminya. Segala hal tentang kopi akan mengingatkannya pada Andro. Kepergian Andro yang tiba-tiba membuat Dania tidak bisa berdekatan dengan segala hal yang berhubungan dengan kopi. Ada banyak kenangan yang melekat.
Tetapi hidup harus berlanjut. Tanpa Andro, Dania harus meneruskan usaha kafe yang telah dirintis Andro mulai nol. Kafe Katjoe Manis, kafe yang mengkhususkan diri dalam penyajian kopi lokal bermutu tinggi.

Banyak hal harus dilakukan Dania untuk membuat roda bisnis kafenya terus berjalan. Karena sempat tutup selama beberapa minggu sejak meninggalnya Andro, kafe harus kehilangan dua karyawan yang memilih untuk mencari nafkah di tempat lain. Belum lagi harus kehilangan barista terbaik yang pernah dimiliki Katjoe Manis, yaitu Andro.
Bila sebelumnya Dania lebih banyak menjadi pendengar ataupun pemberi saran bagi Andro untuk menjalankan bisnisnya, mulai saat ini Dania memegang kendali semuanya. Perekrutan barista baru, berurusan dengan para supplier, serta gaji dan kesejahteraan karyawan. Belum lagi persaingan bisnis yang terus-menerus mengancam keberlangsungan kafe Katjoe Manis.

Tidak mudah melupakan seseorang yang begitu kita cintai. Terlebih setiap jengkal kaki melangkah ada kenangan yang melekat begitu erat tentang sosoknya. Tapi hal itu tidak membuat Dania terpuruk dalam kesedihan. Demi impian besar Andro dan demi buah hati mereka, Sultan, Dania terus berusaha melalui satu demi satu rintangan.
Kehadiran dua orang lelaki di kehidupan baru Dania, tak urung membuatnya waspada. Terlebih persepsi masyarakat terhadap wanita berstatus janda yang cenderung negatif. Pram, lelaki yang datang dari masa lalunya sebagai pemilik kafe yang menjadi ancaman bagi Katjoe Manis. Seseorang yang tidak hanya muncul menjadi pesaing, tetapi juga berusaha mendapatkan hati Dania. Dan Barry, sosok barista baru di Katjoe Manis yang muncul dengan latar belakang yang patut dicurigai oleh Dania.

“Tidak pernah kusangka, kopi jugalah yang menjadi penghubung antara aku dan kamu, juga rahasiamu dengannya.”

***

Saya bukan penggemar kopi, bahkan hampir tidak pernah mencicipi rasa kopi selain permen beraroma kopi 😀
Tapi…di jaman sekarang, membayangkan tentang kopi, aneka ragam racikan kopi oleh barista beserta latte art-nya, atau budaya ngopi itu sendiri, terdengar seru, keren, dan sepertinya masa kini sekali 🙂

Secara tampilan lumayan unik karena ada tambahan pembungkus berwarna cokelat yang sukses saya robek karena gak tahu kalau bukunya bisa meluncur keluar lewat bawah. Yaelah….
Dari sisi setting tempat, ini pertama kalinya saya membaca cerita bersetting cerita di Batam. Gak pernah ke Batam sih, gak tahu juga bayangannya seperti apa. Mungkin karena dekat dengan Singapura, cenderung modern kali ya…

Satu hal yang mengganggu saya dari pertama kali membaca adalah pemilihan cara penulisan nama kafe. Apakah nama Katjoe Manis itu sendiri merujuk pada ejaan lama atau memang begitu penulis ingin menamainya? Karena kalau menurut ejaan lama kalau ingin tulisan itu dibaca “kayu” maka penulisannya adalah “kajoe” bukan “katjoe” yang akhirnya terbaca “kacu.” Hmmm….

Kalau dilihat dari sisi percintaannya, novel ini menurut saya jauh dari kesan romantis. Satu-satunya tokoh yang tergambar kuat ya sosok Dania itu sendiri. Cara Barry menyukai Dania tidak terlalu terlihat karena sering digambarkan sebagai orang yang ragu dan tidak percaya diri ketika dihadapkan secara personal pada Dania. Sedangkan cara pedekate si Pram pada Dania pun kesannya terlalu percaya diri tingkat tinggi ya..

Ada beberapa hal yang masih menggantung di akhir cerita. Misalnya tentang Redi, kakak kandung Andro yang mencoba segala cara untuk mendapat keuntungan dari bisnis kafe yang ditinggalkan Andro. Atau tentang penyebab terbakarnya kafe Katjoe Manis yang bisa saja terjadi karena sabotase orang lain.
Saya jadi membayang-bayangkan sendiri apakah Redi adalah sosok di balik peristiwa kebakaran itu? Atau mungkin ternyata Pram yang melakukannya karena sudah ketemu jalan buntu untuk mendapatkan hati Dania. Oke…oke…kenapa ini jadi mirip kisah sinetron ya? 😀

Terlepas semua itu, saya suka kisah yang disuguhkan. Ada banyak pelajaran tentang proses membangun suatu bisnis yang tidak melulu mulus dan banyak tantangannya. Saya menikmati perjalanan Dania mengelola kafe Katjoe Manis yang terancam merugi, bagaimana menghadapi persaingan yang semakin sengit, mempertahankan loyalitas karyawan, ataupun bangkit lagi setelah mengalami kegagalan.

Ini adalah novel tentang perjuangan seorang wanita yang harus bangkit dari keterpurukan setelah kepergian orang yang dicintai. Ini adalah novel tentang mimpi besar dan passion seseorang yang tetap dilanjutkan meskipun orang itu telah tiada.

Happy Reading! 🙂

One thought on “The Coffee Memory

Leave a Reply to sinta Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *