Judul: Walking After You
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 328 halaman
Cetakan kedua, 2015
Goodreads Rating: 3.95/5.00
Terkadang, satu sendok krim bisa menyelamatkan hari-hariku yang kelabu. Namun, sayang, satu sendok krim tidak pernah bisa mengembalikan hari-hari kami yang telah lalu.
An dan Arlet adalah saudara kembar yang mempunyai passion terhadap dunia kuliner. An jatuh cinta pada masakan Italia sedangkan Arlet menyukai pastry. Cita-cita mereka berdua adalah mendirikan trattoria yang menggabungkan menu masakan mereka berdua.
Mereka kompak dalam mengejar impian, sampai akhirnya An dan Arlet bekerja di sebuah restoran Italia milik Jinendra. Arlet menyukai Jinendra, dan An tahu persis. Sayangnya, Jinendra menyukai An dan An juga menyukai Jinendra. Sampai di suatu malam, Arlet mengetahui hubungan keduanya dan marah besar. Arlet pergi selama-lamanya dengan kalimat “aku membencimu” yang masih terngiang-ngiang di telinga An.
Karena rasa bersalahnya yang begitu besar, An berhenti mengejar impiannya. An meminta Galuh, sepupunya, untuk menerimanya bekerja di Afternoon Tea, sebuah kafe yang menyajikan kue-kue cantik alih-alih makanan Italia. An bertekad untuk mengejar impian Arlet, sebagai penebus rasa bersalahnya.
Pelangi yang muncul setelah hujan adalah janji alam bahwa masa buruk telah berlalu dan masa depan akan baik-baik saja.
Seperti kata Arlet juga, tangan An bukanlah tangan koki kue. Semua kacau kalau ada An. Begitulah yang terjadi di Afternoon Tea sejak kehadiran An. Bukannya membantu pekerjaan Julian, pastry chef di Afternoon Tea, An malah sering membuat Julian menggerutu dan marah-marah dengan hasil kerja An.
Di Afternoon Tea, An bertemu dengan sesosok Ayu. Perempuan muda yang selalu datang ke Afternoon Tea bersama hujan. Sosoknya menimbulkan rasa penasaran An karena perempuan itu selalu memesan menu yang sama dan tidak pernah sedikit pun menyentuhnya. Hasil pencarian An akan sosok Ayu malah mengingatkan An pada dirinya sendiri.
Untuk melepaskan masa lalu, yang harus kulakukan bukan melupakannya, melainkan menerimanya. Dengan menerima, aku punya kesempatan untuk belajar memaafkan diri sendiri. Aku tidak berkata ini mudah. Dan, ini akan butuh waktu. Tetapi, pada saatnya nanti, aku akan terbebas dari semua beban yang menekanku selama ini.
***
Manusia cenderung mencari sosok pasangan yang membuat dia nyaman. Dan biasanya, sosok yang membuat dia nyaman sangat mirip dengan orang-orang terdekatnya – kecuali kalau dia lahir dan besar di keluarga yang berantakan. Kalau keluarganya berantakan, dia akan mencari sosok pasangan yang bertolak belakang dengan orang-orang terdekatnya.
Windry Ramadhina adalah salah satu penulis lokal favorit saya sejak membaca London dan Montase. Dan Windry Ramadhina membuat saya jatuh cinta dengan Jamie Oliver #loh?
Dua orang saudara kembar yang identik belum tentu memiliki sifat yang juga serupa. Selain perbedaan passion mereka dalam dunia kuliner, An baru menyadari perbedaan sifat mereka berdua ketika Arlet telah pergi. An yang cenderung lebih memaksakan kehendak, sedangkan Arlet lebih pengertian. An yang terbuka dan Arlet yang pendiam. An baru menyadari bahwa dirinya seringkali egois dan memaksa Arlet menyukai apa yang diinginkan An.
Seperti dalam novel trilogi The Bliss Bakery, nama-nama karakter utamanya diambil tidak jauh-jauh dari dunia perkulineran. An atau Anise yang berarti rempah-rempah dan Arlet yang berarti apel. Seperti menggambarkan nama masing-masing, penulis menciptakan sosok Anise sebagai orang yang menyukai olahan kuliner Italia semacam pasta dan sejenisnya, sementara Arlet sebagai orang yang mencintai dunia pastry yang manis.
Membaca Walking After You kita seakan diajak memasuki kafe cantik Afternoon Tea, duduk di pojokan, dekat jendela, menyendok tiramisu dan menyesap secangkir teh, menyaksikan kerja keras An untuk mewujudkan impian Arlet, pertengkaran-pertengkaran An dan Julian, serta kunjungan perempuan pembawa hujan yang selalu memesan souffle tanpa pernah memakannya. Manis, heartwarming, dan membayangkan kue-kue yang disajikan Julian membuat saya selalu lapar tiap kali baca novel ini.
Seperti halnya novel London, side story yang disajikan penulis tidak hanya sebagai pemanis cerita. Kalau kita pernah membaca novel London, sosok perempuan pembawa hujan yang bernama Ayu adalah sosok yang muncul di novel London (meskipun di novel itu juga cuma sesekali disebut). Agaknya secara tidak langsung, penulis ingin menceritakan bagaimana kisah Ayu dan Gilang dalam novel London itu berlanjut.
Lalu apa hubungannya novel ini dengan Jamie Oliver?
Dalam novel ini diceritakan bahwa An menggemari kisah petualangan celebrity chef asal Inggris, Jamie Oliver yang mengelilingi kota-kota di Italia untuk belajar memasak masakan Italia di tempat asalnya. Kisah petualangan itu dikemas dalam sebuah travelogue berjudul Jamie’s Great Italian Escape. After effect dari novel ini adalah, saya kemudian jadi hobi nonton food tube channel milik Jamie Oliver di youtube 😀
Happy Reading! 🙂