Alhamdulillah tahun ini dikasih kesempatan dua kali ke Bali. Kalau yang pertama jalan-jalan dengan suami, kali ini saat mengikuti acara outing kantor.
Di hari terakhir kami di Bali, kami diajak menuju arah Bedugul. Masih di wilayah Tabanan. Dekat dengan tempat oleh-oleh Teman Joger, sekitar 1,5 km terdapat sebuah tempat yang menyajikan keotentikan Bali dalam satu tempat. Namanya Secret Garden Village (SGV).
Di SGV kita bisa menikmati pemandangan persawahan Bali, udara yang sejuk, kuliner khasnya, bahkan warisan kecantikan tradisional khas Bali.
Tempat ini mengingatkan saya akan Rumah Atsiri di Tawangmangu. Selain healing kita juga bisa mendapatkan ilmu di sini. Yup, ada museumnya 😀
Di SGV dihadirkan mini museum Herborist. Yup Herborist yang terkenal sebagai merek perawatan kulit tradisional Bali itu. Kita akan dibantu oleh seorang guide, jadi tidak bisa masuk sembarangan. Selain museum, kita bisa melakukan kunjungan ke mini pabriknya. Untuk masuk ke area pabrik kita harus menyimpan semua barang bawaan di dalam loker, termasuk kamera. Jadi tidak ada dokumentasi pribadi untuk masuk sini. Kita diharuskan mengenakan jas lab dan penutup kepala dan juga penutup alas kaki.
Selain melihat-lihat proses produksinya kita juga bisa ikut berpartisipasi dengan mengikuti kelas pembuatan sabun. Tapi hasilnya tidak untuk dijual di toko suvenirnya ya, tapi buat dibawa pulang masing-masing peserta.
Keluar dari mini pabrik kita akan dibawa menuju studio teater yang menampilkan video berdurasi 3 menit yang berisikan fasilitas apa saja yang bisa kita dinikmati selama di SGV.
Setelah itu kita akan diarahkan menuju toko suvenir dan produk. Tidak hanya menjual merek Herborist mereka juga menjual tambahan produk lagi. Kalau ingin membeli oleh-oleh yang otentik bisa bertanya ke penjaganya. Mereka juga menjual produk yang hanya diproduksi di SGV dengan merek Secret Garden.
Seperti Rumah Atsiri tempat ini begitu harum aroma wewangian yang digunakan pada produk-produknya 🙂
Setelah puas membeli oleh-oleh produk Herborist dan sejenisnya, kita bisa melanjutkan mengikuti tur kopi. Berbagai macam kopi unggulan tersedia di Black Eye, Coffee and Roastery yang dimiliki oleh SGV. Karena saya bukan penikmat kopi, bagian ini saya skip. Toh suami saya gak suka kalau dibelikan kopi di tempat fancy seperti ini 😀
Akhirnya jajan gelato aja 😀
Rombongan kami dijadwalkan makan siang di restoran SGV, The Luwus. Nama Luwus diambil dari daerah tempat SGV berada yaitu desa Luwus. Kami akan menyantap hidangan andalan mereka yaitu Bebek Timbungan.
Bebek Timbungan adalah kuliner khas Bali yang pengolahannya masih menggunakan teknik tradisional dan membutuhkan waktu lebih dari 12 jam untuk memasaknya. Hidangan disajikan dengan menu lainnya berupa kerang, cumi, udang sate lilit, sayur pakis dalam satu nampan. Tidak lupa dengan tiga sambalnya yaitu sambal hijau, sambal terasi, dan sambal khas Bali – sambal matah.
Kalau dijelajahi lebih lanjut, SGV ini memiliki hal-lain menarik lain selain yang disebutkan di atas, seperti Rice View Grill Wine & Scenery dan The Secret Chamber Wedding Chapel and Events. Tapi karena keterbatasan waktu saya tidak sampai berkeliling lebih lanjut.
Seru sekali menelusuri SGV ini, bisa healing sekaligus mendapatkan ilmu baru. Eh, bisa kenyang juga 🙂
Mungkin harus ajak suami ke sini ya 😀
Have a good journey,
Seru mbk , ,dapet pengalaman dapet bonus sabun juga heheh,seru pastinya karena jadi tau kayak gimana proses pembuatan sabun dari tempatnya langsung, arah Bedugul memang adem ya, dulu pernah main ke danaunya aja.
iya mbak, ternyta banyak obyek wisata lain di kawasan Bedugul ini
bali ya
lama enggak berkunjung kesana
sekarang sudah waktunya jalan2 eheh
Nah… yuk berangkat jalan2 😀
wah wah, kpn ya saya bisa ke Bali… ^_^
Yuk ke Bali 😀
Ulasan yang bermanfaat, serasa saya ikut ke lokasi. Terima kasih Mbak Uphiet.
Sama2 bunda 🙂
Eh baru tau herborist ada museumnya juga 👍☺️. Dulu pas msih di HSBC outing pasti ke Bali. Jadi bisa dibilang tiap tahun kesana sampe bosen 🤣🤣.
Aku tuh sbnrnya suka kopi mba, tapi kopi2 bubuk yg dijual begitu, kalo diracik sendiri ntah kenapa failed Mulu di aku 🤣. Jadi lebih suka beli jadi utk minum di tempat. Mungkin Krn peralatan kopi di rumahku juga ga mumpuni. Lah para barista itu bikinnya pake alat beneran dan skill juga 😄
Kalau saya gak suka kopi mbak, kalau suami sukanya kopi item tanpa gula jadi ya gampang2 aja bikinnya 😀
Tapi dia lebih suka beli yang biji kopi bukan yg bubuk, dia grind sendiri katanya sih wanginya beda sama yg beli sudah jadi bubuk kopi