Last Minute in Manhattan

Judul: Last Minute in Manhattan: Beri Cinta Waktu
Penulis: Yoana Dianika
Penerbit: Bukune
Tebal: 402 halaman
Cetakan ketiga, Mei 2013
Goodreads Rating: 3.70/5.00

Jagalah apa yang selalu membuatmu tersenyum — jangan menjaga apa yang membuatmu sedih. Hidup itu singkat, dinikmati sajalah.

Callysta merasa hidupnya tanpa arah. Ibu yang tidak pernah menginginkan kehadirannya dan telah pergi untuk menikah dengan seorang pengusaha Singapura. Kekasihnya berselingkuh di depan mata. Belum lagi baru disadari kalau selingkuhan kekasihnya adalah anak dari pengusaha yang dinikahi sang ibu. Mungkin akan semakin buruk kalau ternyata calon istri dan adik tiri yang akan dikenalkan Papa pada dirinya tidak akan menyambut baik kehadirannya.
Beruntung Sophie, calon ibu tirinya, dan Mark, calon adik tirinya, menerima Callysta dengan hangat. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menjadi akrab. Karena dorongan Papa dan kedua calon keluarga barunya untuk belajar dan melihat hal baru, Callysta mengiyakan untuk pergi bersama ibu dan adik tirinya untuk tinggal di Hermosa Beach, California.
Pada awal-awal keberadaanya di Hermosa, Callysta masih mengurung diri, meratapi nasib, dan tidak mau menerima ajakan Mark untuk melihat-lihat lingkungan barunya. Tapi berkat dorongan semangat dari Papa dan Mark, Callysta memutuskan membuka diri. Hari pertama mengunjungi Hermosa Beach, Mark memperkenalkan Callysta pada Vesper Skyller, sahabat Mark yang pada hari pertama melihatnya, Callysta tidak bisa mengendalikan debaran jantungnya yang tak menentu.
Bersama Mark dan Vesper, Callysta mulai menikmati kehidupannya di Hermosa. Mengunjungi peternakan kuda milik Sophie di Westlake Village, Mystery Spot di Santa Cruz, bahkan ikut merayakan Pesta Halloween.
Meskipun menyukai Vesper, Callysta masih tidak mau mengakui perasaannya. Rasa patah hatinya karena ulah Abram, kekasih yang sudah mengkhianatinya, membuat Callysta tidak serta merta membuka hatinya untuk Vesper. Terlebih kehadiran Rachel, teman sekolah Vesper, yang terang-terangan menyukai laki-laki bermata abu-abu itu. Apalagi peristiwa rusaknya barang berharga milik Callysta di Westlake Village membuat Callysta enggan bertemu dengan Vesper.

Saat kau masih ada di rahim ibumu, Tuhan sudah menantangmu akan dua hal: kau terus hidup untuk terlahir di dunia dan bertekad untuk menjalani apa pun risiko yang akan menghadangmu — atau kau mati dan tidak pernah terlahir di dunia sama sekali. Hanya orang-orang yang punya keberanian ekstra yang berhasil terlahir di dunia, dan hidup sampai saat ini.

***

Jangan pernah berlari dari kenyataan hanya karena kamu ingin hidup sesuai kemauanmu. Semua orang punya salah — tidak ada manusia yang sempurna. Itu sebabnya kata “maaf” diciptakan: agar semua bisa kembali seperti semula, merelakan hal yang seharusnya diikhlaskan untuk pergi.

Novel kedua Yoana Dianika yang sudah saya baca setelah The Chocolate Chance adalah  Last Minute in Manhattan ini. Kesan pertama adalah, saya tertipu dengan judulnya!
Kirain tadi kisah novel ini akan bersetting di Manhattan untuk sebagian besar ceritanya, sesuai dengan judul. Tapi ternyata dugaan saya salah. Setting Manhattan dipakai sebagai penutup cerita yang berhasil saya tebak sebelum mendekati akhir kejadian. Jangan-jangan ini…? ternyata benar! Penulis memakai fenomena Manhattanhence sebagai gong cerita. Kebetulan beberapa bulan yang lalu foto tentang fenomena Manhattanhence ini sempat muncul di sebuah koran lokal, yang membuat saya googling gambarnya karena terkagum-kagum dengan tenggelamnya matahari yang bisa pas berada di antara gedung-gedung pencakar langit yang bertebaran di kota Manhattan.

Secara tema, kisah tentang seseorang yang patah hati kemudian berusaha untuk bangkit kembali tapi tetap merasa trauma, memang bukan hal baru. It’s cliche. Tapi dengan setting Hermosa Beach, membawa saya membayangkan film Aquamarine yang bersetting cerita di pantai dengan pier yang juga sama. Eh, di awal-awal film The Heirsnya Lee Min Ho kayaknya juga ada 😀 Pengalihan cerita dari Hermosa ke New York menurut saya kurang smooth, terkesan tiba-tiba. Seperti halnya dengan kemunculan tokoh Abram dan Maggie yang disengaja untuk memunculkan konflik, serasa dibawa ke sebuah adegan sinetron.
Tokoh Vesper digambarkan sebagai sosok sempurna dengan badan atletis, otak encer, impian tinggi, dan anak seorang pemilik Oracle, salah satu perusahaan Hi-Tech yang bermarkas di Silicon Valley. Woww, it’s too good to be true, right?
Penulis menggambarkan dengan detil apa impian terbesar Vesper dengan hal-hal berbau astronomi, tapi sayangnya penulis kurang membangkitkan impian Callysta akan dunia medis dan obat-obatan yang ingin digelutinya. Penulis juga tidak menggambarkan perubahan yang terjadi pada diri Callysta yang tadinya masih belum ingin melanjutkan sekolah menjadi orang yang ingin menggapai cita-citanya. Sosok Callysta malah disibukkan dengan membangkitkan semangat Vesper untuk mengejar impiannya.

Penulis detil banget menggambarkan fashion yang dipakai masing-masing tokoh. Baju, celana, sepatu, bahkan tatanan rambut yang dikenakan pada masing-masing tokoh digambarkan secara detil. Terus terang saya tidak bisa membayangkan tatanan rambut side swept bangs atau strapless dress itu yang seperti apa. Hehe, I’m not that into with fashion. Sorry!!
Saya berharap sih, penulis menyelipkan sedikit kisah tentang Callysta bersama ibu kandungnya. Agak nggak real membayangkan seorang ibu yang tega begitu saja meninggalkan anak kandungnya tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Atau memunculkan konflik yang terjadi antara Vesper dan ayahnya.
Saya menyukai penggambaran penulis tentang lingkungan Hermosa Beach, rasanya udara dan angin pantai ikut tertiup ke sini 🙂 Begitu juga sosok Mark yang bisa jadi penghibur Callysta, sahabat yang setia bagi Vesper, dan juga penengah bagi kesalahpahaman yang terjadi antara Callysta dan Vesper. Hmmm, tapi kenapa cita-citanya jadi fashion designer ya? Architect mungkin…

Apa yang kau lihat dengan sepasang matamu belum tentu benar, sebelum kau meyakinkannya dengan hatimu. Terkadang kau perlu memastikan sesuatu secermat mungkin sebelum menghakimi itu salah atau benar.

 Happy Reading! 🙂

Review ini diikutkan dalam Indonesian Romance Reading Challenge 2014 di http://kubikelromance.blogspot.com/2013/12/update-indonesian-romance-reading.html
Review ini diikutkan dalam Indiva Readers Challenge 2014 di http://indivamediakreasi.com/indiva-readers-challenge-irc-2014/
..dan tentu saja review ini diikutkan dalam BBI Review Challenge… 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *