Tegalalang – Penglipuran, ke Bali gak harus ke Kuta

Saya paling malas kalo diajak liburan ke Bali, apalagi kalo musim liburan ?

Ajakan backpacking ke Bali ini datang dari seorang teman. Saya akan mengiyakan dengan satu syarat, menghindari daerah Kuta.
Departure
 
Kami berangkat Jumat malam menggunakan bus Restu Mulya dari Surabaya, yang berarti harus menempuh perjalanan hampir 12 jam untuk mencapai Bali melewati penyeberangan Ketapang-Gilimanuk. Subuh menjelang ketika kami tiba di Terminal Ubung, Denpasar, Bali. Janjian bertemu dengan pegawai rental yang akan mengantarkan mobil sewaan selama tiga hari ke depan di Bali.
Tegalalang Rice Terrace
 
Tanpa membuang waktu, kami menuju Ubud untuk lokasi pertama kami di Bali. Belum mandi, belum cuci muka, belum ganti baju. Hahahaha
Karena masih terlalu pagi, tidak ada satu pun tenant yang buka dan masih sepi. Kami mandi seadanya menggunakan kamar mandi sebuah kafe yang masih bersiap-siap untuk buka, tentunya dengan seijin pemilik kafe. Kamar mandinya not recommended, tapi mau gimana lagi ?
Tegalalang Rice Terrace atau terasering Tegalalang adalah sebuah kawasan persawahan yang berbentuk undakan atau terasering. Sebenarnya di Indonesia banyak banget persawahan model semacam ini, tapi perpaduan dengan pohon kelapa dan struktur lahannya membuat banyak tempat ini banyak dikunjungi. Kita bisa menyusuri jalan setapak berkontur naik turun untuk menikmati pemandangan atau mengambil angle berfoto.
Untuk menyusuri semakin ke atas memang lumayan menguras tenaga, tapi kita akan menemukan tempat yang bagus, yang tidak terlihat dari pinggir jalan. Kalau lelah kita bisa beristirahat di warung kecil yang ada di antara persawahan untuk menikmati angin sepoi-sepoi dan membeli minuman.
Ada spot berfoto yang disediakan, agaknya memang tempat ini dikembangkan untuk lokasi wisata. Beberapa orang petani yang ada di lokasi biasanya meminta bayaran seikhlasnya sebagai ganti dari kunjungan kita atau ajakan berfoto.
Kalau kita berjalan lagi ke atas, kita akan menemukan lokasi yang sedikit tersembunyi. Ada area persawahan yang dihiasi oleh kerangka perahu yang terbuat dari bambu. Disediakan tangga bambu jika kita ingin naik ke atasnya. Lokasi ini tidak terlihat dari depan jalan. Bertanyalah pada penjaga warung supaya tidak tersesat.
Trisna Bali Agrotourism
 
Satu satu hasil bumi dari Pulau Bali adalah kopi, di kawasan Bangli kita akan menemui beberapa plantation atau perkebunan yang sudah dikemas menarik sebagai tempat wisata.
Kami secara random berhenti di tempat ini, sengaja ingin menikmati sensasi kopi dari Bali. Untuk masuk, kami melewati beberapa kandang luwak yang sengaja diatur supaya wisatawan yang datang bisa melihat sendiri proses terbentuknya kopi luwak. Area duduknya menyerupai deck atau balkon, yang menghadap pemandangan perkebunan/persawahan di bawahnya.
Tidak hanya kopi luwak yang ditawarkan, banyak jenis kopi lainnya bahkan teh, yang sebagai penyambutan dihidangkan untuk welcome drinks, yang tentunya cuma-cuma alis gratis. Tapi kalo nambah atau pesan menu lain baru bayar ?. Selain minum di tempat, kita juga bisa membeli produknya di konter oleh-oleh yang disediakan.

 

Desa Adat Penglipuran

Desa ini dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Desa yang mempertahankan budaya leluhur ini terlihat simetris jika dilihat dari jalan masuk, karena memang ternyata tiap ukuran rumah di sana sama persis, sementara bangunannya mirip satu sama lain. Penataannya yang cantik dan jauh dari modernisasi menjadikan tempat ini banyak diminati wisatawan.

 

Tidak jauh dari desa adat, kami menemukan sebuah hutan bambu. Hutan bambu ini ternyata adalah bagian dari desa adat Penglipuran. Agaknya hutan ini sudah ada sejak lama karena tanamannya yang sangat rimbun. Konon katanya tidak boleh melakukan penebangan bambu secara sembarangan.

Pasar Ikan Kedonganan

Sebelum mengakhiri hari itu dengan kembali ke hotel, kami memutuskan untuk berburu makan malam. Mencari yang murah meriah tapi enak, kami menuju Pasar Ikan Kedonganan, Jimbaran. Sebelum menyantap makan malam, tentu saja kami harus beli ikannya dulu di pasar ikan. Setelah tawar menawar dan mendapat ikan yang diinginkan, barulah kami menuju warung yang berjejer di luar pasar ikan. Warung-warung itu menyediakan jasa mengolah ikan dan tempat untuk makan sambil menghirup udara pantai Jimbaran.

Cost Hari Pertama di Bali

Bus Sby-Bali                                         190.000,00
Sewa mobil (3hari) 450.000,00/3pax                 150.000,00
BBM 150.000,00/3pax                                 50.000,00
makan siang                                             35.000,00
makan malam                                           46.000,00
Hotel 467.000/2pax                                    233.500,00
704.500,00

Have a good journey!

Follow me on IG @uphiet_kamilah
Follow me on FB Uphiet Kamilah

3 thoughts on “Tegalalang – Penglipuran, ke Bali gak harus ke Kuta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *