The Diary of Amos Lee

Judul: The Diary of Amos Lee: Hasil Renungan Nongkrong di WC
Penulis: Adeline Foo
Penerjemah: Tessa Febiani
Penerbit: Buah Hati
Tebal: 140 halaman
Cetakan II, Agustus 2011
Goodreads Rating: 3.94/5.00
Diary ini dimulai karena resolusi Tahun Baru Ibuku untuk membuatku menulis.

Ibu mendapat ide aneh. Menurutnya, kami harus memanfaatkan buku di kamar mandi sebaik-baiknya. Di tembok di atas WC, Ibu memasang rak gantung tempat menyimpan buku tulis, beberapa bolpoin, dan pensil warna. Ibu bilang waktu aku melakukan “urusan penting” di toilet, aku bisa menulis. “Maksimal lima sampai delapan menit!” kata Ibu. “Ibu tidak mau kamu terkena wasir!”

Amos Lee

Amos Lee, seorang bocah SD asal Singapura dengan terpaksa menuruti resolusi yang dibuat Ibu di awal tahun, yaitu menulis diary di dalam kamar mandi saat dia sedang melakukan “panggilan alam” di toilet. Pilihan lainnya, yaitu membuat satu karangan selama satu jam setiap harinya bukanlah pilihan yang lebih baik.

Ayah bilang, kegiatan menulis akan mengajariku melakukan banyak hal sekaligus. Itu kemampuan yang sangat penting untuk aku miliki saat sudah bekerja nanti.

Bersamaan dengan ibu yang memiliki pekerjaan baru sebagai penulis artikel, Amos sering kali menghabiskan waktu menemani ibu untuk melakukan riset. Melalui buku diarinya, Amos menceritakan petualangan kulinernya di Singapura dengan mengunjungi beberapa tempat makan enak bersama sang ibu, melakukan pengamatan alam, dan melakukan acara amal di  rumah sakit.
Amos juga bercerita tentang kedua sahabatnya, Alvin dan Anthony. Mereka menyebut diri sebagai 3A karena kesamaan alfabet depan nama mereka. Meskipun ketiganya tidaklah unggul secara akademis, kisah mereka dalam buku diari Amos tidak kalah menarik. Amos menceritakan bullying yang dilakukan murid senior di sekolah kepada mereka bertiga, proyek rahasia PSP yang membuat Amos dan teman-temannya berusaha menghasilkan uang dengan berbagai cara, prakarya daur ulang, serta keikutsertaan mereka dalam Perayaan Hari Nasional.
Amos juga menceritakan hari-hari yang dilaluinya bersama keluarga. Menghabiskan waktu bersama ayah melihat atraksi pesawat terbang, menemani Ah Kong mengamati burung-burung, berburu buku bersama ibu serta mengikuti bazar.
***

Banyak yang bilang ide sering kali muncul saat kita berada di toilet 😀
Mungkin itu yang menjadi dasar sang ibu menyuruh Amos untuk melakukan aktivitas menulis saat di toilet. Kita akan menemukan Amos yang keberatan dengan ide sang ibu tapi tetap saja menurut dan mengabulkan keinginan ibu.
Yang namanya diary atau buku harian harusnya bersifat pribadi bagi penulisnya, tapi tidak bagi Amos Lee. Karena diary itu letaknya di toilet, siapapun yang masuk tempat itu bisa saja membaca diary yang ditulis Amos, tak terkecuali ayah dan ibu. Di beberapa tulisan kita akan melihat komentar-komentar yang ditulis ayah dan ibu akan tulisan Amos bahkan ibu beberapa kali mengoreksi kata yang salah pada tulisannya 🙂
Buku diary ini juga bisa menjadi referensi kita buat cari tempat makan enak di Singapura. Karena beberapa kali Amos diajak ibu untuk melakukan riset makanan di beberapa tempat. Beberapa spot menarik juga diceritakan Amos, di antaranya Singapore Flyers, Sentosa, dan lainnya. 
Secara tidak langsung kita akan mengenal Singapura yang multikultural melalui makanan-makanan seperti char siew bao dari Cina, nasi lemak khas Malaysia, atau prata khas India. Kita juga akan mengenal perayaan-perayaan seperti tahun baru Imlek, perayaan Idul Fitri, dan perayaan Deepavali.
Happy Reading! 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *