Judul: Jika dan Hanya Jika
Penulis: Alanda Kariza, Artasya Sudirman, Bella Panggabean, Desiyanti, Feba Sukmana, Gita Romadhona, Hanny Kusumawati, Mita M. Supardi, Nannette Isdito, Novi Kresna Murti, Rahne Putri, Stella Ang, Windy Ariestanty
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 224 halaman
Cetakan pertama, 2013
Cetakan pertama, 2013
Goodreads Rating: 3.57/5.00
Dunia adalah kisah yang tersebar, jangan menunggu orang lain yang mendongengimu. Berkabarlah.
Jika adalah sebuah kata pengandaian, merujuk pada keputusan di masa lalu.
Bagaimana jika…
Seandainya jika…
Jika saja…
Seringkali apabila keadaan saat ini tidak seperti pengharapan, kita berharap semesta berulang dan kita memilih keputusan lain yang sebenarnya sama saja, menjanjikan masa depan yang tak pasti.
- Pragagas: Sebuah Kabar dari Jika ~ Windy Ariestanty
- Setumpuk ‘Jika’ di Manhattan ~ Alanda Kariza
- Kisah Cinta di Balik Pintu Renta ~ Rahne Putri
- Perempuan yang Menunggu di Peron Dua ~ Gita Romadhona
- Ashes to Ashes ~ Stella Ang
- Tentang Kehilangan ~ Hanny Kusumawati
- Sepucuk Surat Cinta di Sebuah Stasiun Kereta ~ Feba Sukmana
- Between The Last Train Leaving and The First Train Arriving ~ Novi Kresna Murti
- Luna Membawa Luka ~ Nannette Isdito
- Penantian Rana ~ Desiyanti
- Pulang ~ Mita M. Supardi
- Kesempatan Kedua ~ Artasya Sudirman
- Musafir Asa ~ Bella Panggabean
13 penulis wanita, 13 cerita, 13 jika.
Memilih buah itu ibaratnya membuat keputusan dalam hidup. Kadang, dapat yang manis dan bisa kita langsung nikmati. Kadang, dapat yang masam, tapi bila kita mau berusaha sedikit, buah yang masam itu bisa jadi sesuatu yang enak. Keputusan-keputusan dalam hidup yang seringkali membuat kita harus berusaha lebih keras kadang memang susah dijalani di awalnya, membuat kita menyerah sebelum sempat menikmati hasilnya.
Sebagian besar cerita ditulis atas dasar kisah sedih, entah kisah sedih di masa lalu yang ingin diperbaiki atau kisah sedih yang terjadi karena keputusan di masa lalu.
Kisah Jika yang terkesan riang dan penuh dengan aura cinta adalah kisah yang diceritakan oleh Feba Sukmana dalam Sepucuk Surat Cinta di Sebuah Stasiun Kereta. Kisah tentang dua orang kekasih yang sedang jatuh cinta yang mencoba mengulang ingatan akan pertemuan pertama mereka dan pengandaian jika pertemuan itu tidak pernah terjadi. Kisah ini menjadi favorit saya selain karena alur ceritanya adalah kesamaan yang dimiliki tokoh perempuan di kisah ini dengan saya. Kami sama-sama suka menikmati dunia dari balik kaca jendela dalam sebuah perjalanan atau pun di sebuah tempat 🙂
Sometimes we love a person too much we are afraid to admit his or her flaws.
Setumpuk ‘Jika’ di Manhattan bercerita tentang seorang anak yang merasa bersalah dengan perpisahan ayah dan ibunya di masa lalu. Berharap dengan pencariannya akan sosok ayah bisa menebus rasa bersalah yang selama ini dipendam. Banyak jika yang dipupuk dalam masa pencarian itu, dan kadang kenyataan tidaklah selalu sesuai dengan pengharapan.
Salah satu kisah favorit saya adalah Perempuan yang Menunggu di Peron Dua. Kisah yang tak pernah selesai antara Nayu dan Bhisma. Ending cerita semakin diperkuat dengan sebuah potongan berita yang diselipkan penulis.
Cerita yang paling menohok menurut saya adalah Sebuah Kehilangan. Sudut pandang diambil dari seorang wanita yang menjadi selingkuhan seorang laki-laki yang sedang sekarat. Bukan perasaan kehilangan wanita itu yang membuat kisah ini tak terlupakan, tapi oleh surat-surat yang dikirim istri laki-laki itu terhadap perempuan yang menjadi selingkuhannya.
Masih banyak jika yang ingin disampaikan 9 penulis perempuan lainnya. Sebuah pengandaian akan akhir yang lebih indah, pengandaikan akan kisah yang berbeda, dan seterusnya.
Cinta ini, menyelinap diam-diam serupa copet dalam bus yang padat, tanpa kusadari mencuri hatiku dengan kelebat gerak gesitnya, meninggalkan bolong kosong di rongga dada.
Happy Reading! 🙂