Naik “Taksi” di Gunung Ijen

Menuju puncak Gunung Ijen dan melihat kawah cantiknya menjadi pengalaman tak terlupakan bagi saya. 
Saya selama ini lebih cenderung jadi anak pantai dibanding anak gunung. Track record saya hanya tiga kali ke Gunung Bromo, dan itu pun dapat ditempuh dengan sangat mudah. Menuju titik sunrise view tinggal naik hardtop, menuju kawah Bromo tinggal naik kuda dan naik tangga yang butuh waktu kurang dari setengah jam. 
Mendaki yang sebenarnya? Jelas belum pernah. Hahahaha

Kali ini saya menerima ajakan seorang teman dengan rasa cemas tapi juga penasaran. Bukan hanya masalah mendakinya yang menguras tenaga, tapi juga melawan hawa dingin pegunungan saat tengah malam sambil mendaki. 
Berangkat sekitar jam 8 malam, kami tiba di titik awal pendakian sekitar pukul 1 pagi. 
Titik awal pendakian atau pintu gerbang menuju kawah Ijen terletak di Paltuding. Ada tersedia banyak warung, kalau kita ingin mengisi tenaga dulu sebelum pendakian. 
Jaket check 
Kupluk check 
Masker check
Sarung tangan check 
Logistik check 
Let’s goooo….. 
Jalan setapak menuju kawah Ijen sudah tertata rapi, dan di awal-awal jalur pendakian sudah diaspal. 
Saya tipe orang yang kuat jalan kaki, tapi berjalan kaki menanjak dalam kondisi udara dingin? I surrender ?
I encourage myself, gengsi dong belum-belum udah nyerah. Hehehe… Semuanya hanya masalah sugesti. Kalau kita yakin pasti bisa. Bismillah…. 
Setengah jam berlalu, satu per satu teman seperjalanan mulai menyerah dan memilih naik “Taksi”. 
Yup, “Taksi”! 
Kawah Ijen terkenal sebagai penghasil belerang, dan salah satu sumber penghasilan penduduk di sekitar adalah pengangkut belerang. Mereka membawa gerobak ke atas, mengangkut belerang, dan dibawa kembali ke bawah untuk dijual pada pengepul. 
belerang siap angkut
Seiring berjalannya waktu dan semakin ramainya pengunjung kawah Ijen, para pembawa belerang melihat peluang lain, yaitu menawarkan jasa “Taksi”, dengan gerobak yang mereka bawa, pada pengunjung yang tidak kuat atau tidak mau susah-susah mendaki ?
Untuk membawa satu orang penumpang, biasanya butuh 2-3 orang untuk menarik dan mendorong gerobaknya. Tarif per angkut tergantung kesepakatan harga, antara 200-400 ribu sekali naik, harus pintar-pintar menawar. Karena bisa jadi, berangkat dari tujuan yang sama, selisih harganya bisa jauh. Saya bisa dapat 400ribu untuk naik ke kawah dan turun kembali, alias PP, tapi ada juga yang dapat 400ribu hanya untuk naik ke kawah. Tapi buat saya, gak terlalu membanggakan juga sih, tetep aja gagal mendaki. Hahahaha…. Yup, melihat satu persatu teman yang menyerah, keyakinan saya mulai goyah. Dasar saya bukan anak gunung! 
Berakhirlah sisa pendakian saya dengan dibantu tiga orang pengawal baru yang membawa saya dengan “taksi” mereka sampai kawah Ijen. 
Total jarak dari titik awal menuju kawah Ijen adalah 3 KM. 1,5 KM pertama jalan yang dilalui cukup menanjak dan tentunya menguras tenaga. Sebelum melanjutkan 1,5 KM berikutnya, kita bisa berhenti di Pos Bundar untuk beristirahat sambil menikmati secangkir teh/kopi. Jalur setelah pos tidak terlalu menanjak seperti sebelumnya, tapi kan saya sudah terlanjur naik “taksi”. Hehehe 
view dari atas “taksi”
“Taksi” berhenti ketika kita tiba di tepi kawah. Untuk menuju hutan mati atau melihat blue fire bisa dilanjutkan dengan berjalan kaki. Jika kita sudah deal dengan sopir “taksi” untuk perjalanan kembali ke bawah, mereka akan menunggu di titik pemberhentian sementara kita berjalan kaki ke tujuan. Atau, salah satu dari mereka akan menjadi penunjuk jalan kita, terlebih kalau kita terpisah dari rombongan, seperti yang dialami saya dan teman saya. Hehehe… Kami ijenan (sendirian) di gunung Ijen. 
tempat mangkal taksi di kawah Ijen
Danau kawah Ijen berada di ketinggian 2.443 meter di atas permukaan laut, jadi hawa dinginnya bisa merasuk ke tulang-tulang. Belum lagi anginnya yang cukup kencang. 
Ada 2 aktivitas yang bisa dilakukan saat berada di puncak kawah Ijen.
Yang pertama adalah melihat blue fire. Fenomena blue fire atau api biru bisa dilihat pada kisaran waktu sebelum subuh. Kita harus berjalan lagi menuruni tepian kawah demi melihat fenomena yang hanya terjadi di dua tempat di dunia, yaitu di Islandia dan di kawah Ijen ini. Karena kadar belerangnya yang termasuk tinggi, para wisatawan disarankan untuk mengenakan penutup hidung dengan penyaring udara. Ada banyak persewaan di tempat jika kita tidak membawanya.
Yang kedua adalah melihat indahnya sunrise. Untuk mendapatkan sunrise cantik, kita harus mendaki lagi menuju kawasan hutan mati, dan membutuhkan tenaga ekstra untuk sampai ke sana. Dari hutan mati bisa terlihat sunrise dan juga indahnya kawah Ijen yang menakjubkan. Tidak salah kalau banyak yang bilang, kawah Ijen menjadi tempat yang harus dikunjungi, setidaknya sekali seumur hidup. Cukup lah ya, sekali seumur hidup saja. Jangan lagi-lagi kalau buat saya, ke pantai aja yang berkali-kali. Hehehe….
How to get there 
Ada beberapa alternatif untuk menuju kawah Ijen, melalui Banyuwangi. Banyuwangi bisa diakses menggunakan kereta api, bus, bahkan pesawat terbang. Dari Banyuwangi, bisa dilanjutkan dengan naik ojek menuju Kecamatan Licin dan Desa Banyusari. 
Atau dengan cara yang lebih mudah, menggunakan jasa travel. Saat ini banyak sekali travel yang menawarkan paket perjalanan ke kawasan Ijen. Kebanyakan berangkat tiap weekend dengan rata-rata tarif di bawah 500 ribu dengan titik awal keberangkatan dari Surabaya atau Malang. 
Have a good journey! 

4 thoughts on “Naik “Taksi” di Gunung Ijen

Leave a Reply to Afifah Mazaya Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *