Sosial media memang bisa menjadi media iklan paling cepat saat ini. Lihat foto dengan view cantik bisa menimbulkan rasa kepingin merasakan hal yang sama, lihat teman berlibur kemana kok kayaknya seru ya kalau ke sana juga. Tapi juga tetap harus berpikir dengan bijak untuk ingin mengikuti atau meniru. Kalau budget untuk ke sana tidak ada, ya harus dipertimbangkan lagi dan jangan sampai dipaksakan. Bisa-bisa habis liburan pusing tujuh keliling karena masih berhutang. Hehehe….
Seperti halnya saat saya melihat foto beberapa influencer yang menginap di Svarga Resort Lombok ini. Kok bagus yaaa… kayaknya seru, tapi pas lihat ratenya ah pikir-pikir lagi deh. Hehehe…. Apalagi kalau di area Senggigi saya harus menemukan alasan untuk menginap, kan pulang ke Mataram juga gak jauh-jauh amat. Mending tidur di rumah daripada mengeluarkan expense untuk menginap 😀
Sebelum mengakhiri cuti saya di kampung halaman suami di Lombok, saya dan suami mengawali hari Sabtu pagi dengan jalan-jalan ke Senggigi. Sarapan di Sunshine Restaurant, tempat favoritnya di Senggigi, sambil merencanakan mau kemana hari ini. Saya hanya ingin yang dekat-dekat saja, mungkin ke Pantai Kerandangan dan sekitarnya. Karena hari ini masih ingin cari oleh-oleh sebelum kembali pulang ke Jawa keesokan harinya.
Suami menanyakan kembali apakah ingin staycation di area Senggigi, mungkin sebagai bentuk permintaan maaf karena sudah membatalkan rencana ke Lombok Tengah karena pekerjaannya. Hehehe….
Sembari sarapan, saya mulai membuka-buka aplikasi pemesanan online. Pilihan mengerucut pada Living Asia, Kila Senggigi, dan Svarga Resort. Kami memutuskan cek harga langsung di Living Asia, yang ternyata jauh dan mendekati pantai Nipah. Saya memikirkan suami yang masih harus kembali ke rumah membawa pakaian ganti kami dan kembali lagi ke sini. Akhirnya kami melepas pilihan pada Living Asia. Next time mungkin.
Bolak balik melintasi depan Svarga Resort, hati saya sebenarnya sudah tertambat ke sana. Apalagi lihat foto-foto orang-orang yang sudah pernah ke sana. Tapi mempertimbangkan suami yang ingin menginap di tepi pantai sambil melihat sunset membuat saya mengabaikan keinginan menginap di sana. Sampai saya melihat ada harga promo di Tiketcom, dan tipe kamar Varda available dengan harga di bawah 1juta. Padahal harga aslinya 1,5 juta.
Kenapa saya excited? Karena itu berarti saya bisa kesampaian menginap di Svarga Resort tanpa takut kehilangan momen sunset. Karena kamar ini punya jendela kaca frameless dengan view pantai Kerandangan, yang berarti bisa lihat sunset sambil mager. Asyiiiiik…
Beberes makan sambil menyelesaikan pembayaran lewat aplikasi, kami langsung menuju Svarga Resort. Saking semangatnya, saat itu masih jam 12an, sementara check in jam 2 siang. Sambil berharap bisa early check in. Hehehe, ya siapa tau….
Kami disambut dengan ramah oleh petugas hotel dan mereka segera mengurus proses check in. Oh ya, selain mendapat sarapan berdua, kita juga mendapat free massage masing-masing 15 menit. Karena belum waktunya check in kami disarankan untuk menunggu di tempat massage atau di restoran. Suami memanfaatkan waktu untuk pulang dulu untuk mengambil pakaian ganti kami, sementara saya menuju restoran yang katanya berada di lantai 2. Cukup naik lift dan naik beberapa tangga, restoran berada di sebelah kanan.
Memasuki halaman hotel, saya tidak sabar untuk berfoto-foto. Cantik banget dan sangat instagrammable. Kita disambut dengan ornamen seperti ini, sangat tidak disarankan untuk memasuki lubang di tengahnya. Hehehe….
Svarga Resort ini desainnya bertingkat-tingkat, dengan jajaran anak tangga yang sangat banyak. Kamar yang saya pesan berada di tingkat paling atas. Disarankan naik lift untuk sampai ke atas kemudian dilanjutkan menaiki anak tangga sampai ke kamar. Saya tidak berani naik lift di sini sendirian, karena penampilannya yang tidak biasa, akhirnya saya menaiki anak tangga sedikit demi sedikit sampai tiba di bagian restorannya. Capek ya… apa kabar suami saya nanti yang naik-naik, bisa-bisa saya kena omel. Hahahaha….
Di Salza Resto kita akan disajikan infinity pool dengan pemandangan Pantai Kerandangan dan perbukitan di kejauhan. Bisa betah di sini meskipun cuacanya panas. Saya memesan jus semangka sambil sesekali bermain hape, menyesal tidak memasukkan novel ke dalam tas. Jadinya mati gaya karena waktu menunggu yang lumayan lama. Beberapa kali saya menanyakan ke petugas hotel, katanya kamar masih disiapkan. Saya bersabar karena memang belum jam 2, sudah selayaknya saya memang menunggu mungkin masih ada penghuninya. Jam 2 lebih 15 menit saya menanyakan lagi karena badan sudah lelah ingin rebahan. Ternyata penghuni sebelumnya baru saja keluar dan kamar masih harus dibersihkan 🙁
Jam setengah tiga saya baru bisa memasuki kamar yang masih harus naik-naik lagi dari tempat restoran tadi. Baru sadar kurang olahraga, karena sesampainya di kamar dengkul sudah gemeteran dan nafas ngos-ngosan. Hahaha…. Lagi-lagi saya kepikiran, apa kabar suami nanti? 😀
Masuk kamar saya langsung cari kasur buat rebahan, tapi cuma sebentar. Pingin lihat seperti apa kamarnya, dan yaaa ini sih cocok buat yang honeymoon. Tempat tidur kingsize, jendela kaca frameless, bathtub, dan posisinya yang sangat privat. Kurang private poolnya aja sih. Sebenarnya ada tipe Varda dengan private pool, tapi harganya ya beda lagi. Dan saya cuma butuh sunset view sejauh ini….
Dan, begini pemandangan matahari tenggelamnya….
Meskipun posisi di atas bukit, wifinya lumayan kencang, dan suami bisa nyicil kerjaan malam-malam. Oh ya, saya sempat menjajal liftnya ketika pulang dari makan malam bersama suami. Kata suami yang sudah pernah mencobanya siang tadi, naik lift ini lumayan menegangkan. Saya diingatkan untuk tidak panik. Hmm, kenapa kira-kira. Harusnya memang saya fokus pada pemandangan di luar, tapi saya malah fokus pada jalannya lift yang seperti katrol, lama sekali naiknya ke atas. Belum lagi suami menggoda saya untuk melihat ke atas, posisi tujuan kami seperti masih jauh dicapai. Sisanya saya merem dan membuang jauh semua pikiran buruk yang melintas. Sesampai di atas, langsung lega dan tidak mau mencoba lagi. Hahaha….maafkan fobia saya 🙁
Sarapan di sini seperti halnya sarapan di banyak hotel di Lombok, lagi-lagi bukan prasmanan. Kita akan disodori menu berupa paketan sarapan. Saya memilih menu Indonesia dengan mie gorengnya sementara suami memilih menu ala Latin. Menu utama ini diiringi dengan buah potong, air putih atau infuse water, jus buah, dan teh/kopi.
Oh ya, di restoran ini sedotan yang dipakai adalah sedotan bambu. Beberapa hari saya di Lombok, beberapa kali makan di luar, sebagian besar restoran atau kafe sudah mulai sadar lingkungan dengan menggunakan sedotan yang mudah terurai seperti terbuat dari kertas atau bambu. Senang lihatnya….
Seminggu menginap di sini, sepertinya saya bisa turun berat badan karena aktivitas naik turun tangga. Berhubung saya hanya menginap satu malam, tentu saja penurunan berat badan tidak terlalu signifikan. Hehe… Dan tidak disarankan untuk orang tua menginap di sini, karena kasihan naik turunnya 🙂
Sebelum menginap di sini, saya selalu berpendapat kalau mau menginap di Senggigi ya lebih baik menginap di bagian tepi pantainya, biar dapat akses ke pantai dan matahari tenggelam. Ternyata menginap di Svarga memberi opsi lain bahwa menginap di sisi bukit juga tidak kalah menyenangkan, kalau menginap di Svarga maksudnya 🙂
Svarga dalam bahasa Sansekerta yang berarti surga ini memang benar-benar menyuguhkan pengalaman seperti di surga dunia yang cantik, asri, dan fotoable. Betah, betah, betah…mau coba lagi tapi coba kamar yang lain.
Svarga Resort Lombok
Jl. Raya Senggigi, Senggigi, Batu Layar,
Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, 83355
Hotelnya keren banget yah, elegan dan IGable banget. Duh jadi kangen lombok. Selama liburan di sana saya gak pernah nginap di hotel. Soale liburannya 15 bulan tinggal di rumah dinas 😀
Kalo 15 bulan nginep di hotel yaaa lumayan 😀
kok keren banget sih, asyik dibuat foto-foto. nyaman juga keliatannya 😀
Nyaman dan capek (kalo kamarnya di atas) hehehe
Recommended untuk Honeymooner
Yaa betul sekali 🙂