Sulawesi Selatan 360: Bulukumba – Bantaeng – Gowa – Makassar (hari kelima)

Hari kelima, waktunya balik ke perkotaan ๐Ÿ™‚

Selama perjalanan lima hari ini, satu hal yang menjadi kendala adalah kami belum bisa menemukan makanan yang sesuai dengan lidah kami. Rasa rindu akan nasi pecel, soto ayam, nasi rawon, rasanya sudah di awang-awang.

Sehabis subuh kami berpamitan dengan pemilik penginapan, berangkat pagi supaya tidak terlalu sore untuk tiba di Makassar.

Sempat mampir di area Islamic Centre Bulukumba, berharap ada pasar kaget yang menjual aneka makanan. Nyatanya cuma ada beberapa pesepeda yang sedang beristirahat di area pelataran masjid.

Bantaeng

Jalanan mulai ramai saat kami tiba di Bantaeng, agaknya persiapan upacara bendera tanggal 17 Agustus sudah mulai berlangsung. Kami menikmati kemeriahan kemerdekaan sembari motoran aja ๐Ÿ™‚

Sayangnya hampir keluar dari Bantaeng pun, tidak ada satu pun warung makan yang membuat kami tertarik mampir. Rata-rata menunya masih sama, nasi kuning dan sangkolo alias nasi ketan. Tidak ada kota besar kami lewati, tidak menemukan satu pun gerai makan siap saji yang bisa kami singgahi untuk sarapan.

Akhirnya kami singgah di salah satu alfam*rt di pinggir jalan Bantaeng, menyantap seporsi sosis jumbo dan sekotak susu pisang. Setidaknya, tidak pingsan sesampainya di Makassar nanti ๐Ÿ™‚

Kami mampir sebentar di Balla Lompoa Bantaeng, tapi karena tanggal merah, bekas kediaman kerajaan ini tutup.

Kontur jalanan dari Bulukumba ke Makassar ini tidak semembosankan Palopo ke Sinjai, kami benar-benar melewati tepian pantai, jalan berkelok, dan beberapa keramaian pusat kota setempat. Mungkin karena daerah-daerah ini berjarak dekat dengan ibukota provinsi jadi suasananya juga lebih ramai dibanding rute kami dari Palopo ke Sinjai.

Gowa

Tiba di Gowa, aroma perkotaan jauh terasa. Tandanya tidak lama lagi kami tiba di Makassar. Mampir lah kami sebentar di Istana Tamalate yang berada di perbatasan Gowa dan Makassar. Sayangnya, istana pertama Kerajaan Gowa ini, lagi-lagi tutup karena tanggal merah. Ya sudah lanjut kita menghabiskan sisa liburan kami di Sulawesi Selatan di ibukota provinsi, Makassar.

Makassar

Makassar menyambut kami di siang yang terik ini. Masih bingung menentukan mau menginap dimana. Awalnya saya sudah merencanakan menginap di guest house murah dengan rate di bawah 250 ribu, tapi agak jauh dari pusat kota. Tapi kondisi fisik kami sampai dengan hari kelima ini mencapai titik terlelah, suami sudah gak mood danย maunya tidur aja di penginapan. Saya jadi banting setir cari referensi penginapan di pusat kota, supaya gampang kalau mau order makanan online.

Setelah mampir nyemil jalangkote dan pallu butung di Rumah Makan Muda Mudi, kami memutuskan menginap di Makassar Golden Hotel. Hotel lama ini terletak di tepian Pantai Losari, secara fasilitas standar ya tapi dekat dengan pusat kota. Kalau buka aplikasi online tu, banyak gerai cepat saji di dekat sini. Hepi, kan ๐Ÿ˜€

Malamnya kami mampir beli oleh-oleh di Cahaya Oleh-Oleh, sekedar membeli buah tangan untuk orang tua dan teman kantor karena sudah ditinggal cuti seminggu. Hehe… Kalau suami sih tinggal disogok gelato aja supaya besokย moodย lagi buat jalan-jalan ๐Ÿ™‚

Have a great day,

8 thoughts on “Sulawesi Selatan 360: Bulukumba – Bantaeng – Gowa – Makassar (hari kelima)

  1. Disana memang susahkah mbk makanan kayak soto”an gitu…hemm..saya juga gitu kalo pergi kemana ngerasa ada yg kurang pas kalo gak makan keq sambelan ..lalapan khas sundaaan..itu udh paling pas di lidah๐Ÿ˜

  2. Saat berpetualang, kita sering didera lapar. Mungkin karena energi banyak terkuras. Tapi anehnya, makanan yang disantap tak ada yang enak. Mungkin tersebab kelelahan.

  3. Waah toko cahaya itu juga tempatku pas beli oleh2 waktu di Makasar ๐Ÿ˜„. Harganya lumayan oke, barangnya banyak. Sampe skr masih nyimpen oleh2 kain khas Makasar yg beli di sana.

    Jadi kangen ke Makasar lagi mba. Aku suka kuliner2nya โค๏ธ

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *