Ide siapa lagi kalau bukan ide suami 😀 😀
Sejak pandemi, transportasi antar pulau yang kami gunakan memang beralih menggunakan kapal laut. Berawal dari suami yang kembali ke Lombok dengan menggunakan KMP Legundi tujuan Surabaya – Lombok dengan membawa sepeda motor sendiri, kok dia malah ketagihan kemana-mana naik kapal laut ya…
Setelah kembali lagi ke Jawa terpikirlah untuk mengajak saya jalan-jalan menggunakan kapal laut, sekalian bawa sepeda motor sendiri supaya gak berbaur dengan banyak orang.
Disusunlah rencana untuk berangkat ke Labuan Bajo di akhir Oktober nanti, pas ada tanggal merah Maulid Nabi, dan tiba-tiba pikiran iseng melintas, kenapa gak akhir September aja. Kurang dari 3 minggu lagi! Kalau akhir bulan pekerjaan juga sudah tidak terlalu banyak jadi bisa mengajukan cuti tanpa terbebani, sedangkan kalau akhir Oktober takut keduluan musim hujan.
Perjalanan kali ini sengaja kami tidak merencanakan itinerary pasti dari awal. Sengaja liat aja nanti di sana. Tanpa reservasi hotel, tanpa reservasi tour travel di sana. Kalau dapat tiket kapal laut, cuss deh berangkat.
KMP Swarna Bahtera
Jadwal keberangkatan KMP Swarna Bahtera seharusnya tanggal 20 September 2020 jam 22.00. Saat kami membeli tiket di siang harinya, diinfokan bahwa kapal mengalami keterlambatan baru tiba sekitar jam 12 malam. Saya yang clueless soal angkutan umum satu ini santai aja toh hanya 2 jam. Jam 12 malam lebih kapal baru merapat dan saya sudah buru-buru naik, mau kapling tempat buat selonjoran. Hahaha… Lah kok suami santai-santai saja, katanya masih lama banget ini. Ternyata beda dengan pesawat yang begitu tiba, hanya butuh waktu 30-45 menit buat menaik-turunkan penumpang, kapal laut butuh berjam-jam buat unload dan load isi kapal, yaitu belasan hingga puluhan armada besar. Selesai memasuki kapal dan masih sendirian (karena yang bawa kendaraan masuk lebih dulu dibanding yang cuma penumpang tanpa kendaraan), segera kami mengkapling tempat dan setelah keliling sebentar langsung memutuskan tidur. Bangun-bangun menjelang subuh dan saya baru menyadari bahwa kapal baru saja berlayar meninggalkan Pelabuhan Perak. Astaga lama banget ternyata….
Setelah subuh saya hitung-hitungan waktu lagi, 36 jam kemudian harusnya kapal tiba di Labuan Bajo Selasa sore. Tidak ada masalah yang berarti selama perjalanan. Tidur, makan, jalan-jalan keliling kapal, leyeh-leyeh, gitu deh sampai 30 jam sekian. Sempat hampir mabuk laut saat memasuki Laut Lombok di malam hari yang kata suami ombaknya terkenal aduhai bikin keliyengan. Tapi sebelum kejadian, saya antisipasi minum obat anti mabok dulu dan tidur nyenyak sampai subuh tiba.
Momen favorit selama berada di kapal tentu saja saat matahari tenggelam dan matahari terbit. Duhhh, nikmatnya bisa menikmati momen ini dengan santai sambil duduk-duduk di dek kapal.
Kalau menyaksikan matahari terbit agak perjuangan sih karena angin lautnya super kencang dan dingin menusuk tulang. Di subuh kedua di KM Swarna Bahtera saya akhirnya nekat menunggu matahari terbit setelah sholat subuh di mushola kapal yang terletak di dek atas.
Ternyata hitung-hitungan 36 jam saya meleset, maghrib tiba dan kami masih di sekitar pulau Komodo, Labuan Bajo belum terlihat. Udah bosen, pingin nginjak daratan, dan tidur lelap. Jam 8 malam, kapal laut baru bersandar dan ternyata kami belum terbebas dari KMP Swarna Bahtera ini. Kirain begitu sampai, sejam kemudian bisa naik motor langsung melaju ke penginapan. Ternyata lagi-lagi cuma perkiraan.
Sesampai di Pelabuhan Labuan Bajo, seluruh penumpang diharuskan keluar untuk registrasi di tenda BNPB yang sudah disediakan. Setiap penumpang yang masuk harus didata dengan alamat lengkap yang dituju, seperti kami berdua harus menyebutkan di hotel mana kami menginap atau travel agent yang digunakan.
Kami sempat tertahan hampir 4 jam di pelabuhan karena ternyata ada penumpang gelap (tanpa tiket dan surat rapid test) dan tidak diketahui yang mana orangnya. Nah lo, sedangkan pihak pelabuhan tidak mengijinkan kapal bongkar muatan kalau penumpang gelap ini belum ditemukan. Hampir jam 12 malam masalah terselesaikan dan motor kami yang berada di dasar kapal berhasil keluar dan kami langsung menuju hotel.
Fasilitas
Ruang penumpang: tempat duduk lesehan tanpa alas
Kasur busa: sewa Rp10.000,00
TV: ada
Kamar mandi/Toilet: layak
Musholla: Ada
Charging Station: sewa Rp5.000,00
KMP Cakalang
Perjalanan kali ini memang lain dari yang lain. Saya yang biasanya selalu merencanakan secara mendetil jadwal, penginapan, dan transportasi, ditantang suami untuk melepaskan semua itu dan melakukan perjalanan tanpa beban. Meskipun buat saya sedikit jadi beban karena was-was dengan keadaan yang tidak menentu. Hahaha…
Memikirkan transportasi yang akan digunakan kembali ke Surabaya saya agak galau kalau harus menumpang KMP Swarna Bahtera lagi. Kapal laut ini memiliki jadwal 4 hari sekali, karena memang hanya satu kapal yang digunakan. Kalau saat tiba kami di Labuan Bajo kemarin sudah terlambat, hampir bisa dipastikan kapal ini akan tiba kembali di Labuan Bajo nanti terlambat juga. Ditambah, saya bosan kalau harus mengalami kondisi yang sama selama 36 jam perjalanan. Suami menawarkan opsi kedua dan opsi ketiga. Opsi ketiga saya naik pesawat, sedangkan suami menunggu menyeberang dengan KMP Swarna Bahtera (lagi) karena kami membawa sepeda motor. Opsi keduanya?
Kami menggunakan KMP Cakalang menyeberang dari Pelabuhan Labuan Bajo menuju Pelabuhan Sape di ujung timur Pulau Sumbawa. Opsi kedua adalah menyeberang ke Pulau Sumbawa, naik sepeda motor lintas Sumbawa, menyeberang ke Lombok, naik motor lintas Lombok, dan menumpang KMP Legundi dari Lombok ke Surabaya. Sudah kebayang lelahnya? Sudah, jalani saja 😀
KMP Cakalang berangkat jam 10 pagi waktu Labuan Bajo dan butuh 6 jam melintasi lautan hingga sampai di Pelabuhan Sape. Karena kapal penyeberangan antar pulau, penumpangnya lumayan banyak. Kaplingnya bukan lagi satu tempat duduk tapi satu deret bisa dikuasai satu orang dengan posisi tidur. Hahaha…
Kami memilih tempat duduk di bagian belakang, pinggir jendela. Lagi-lagi menghindari bersinggungan dengan banyak orang. Kami menyewa satu buah kasur busa supaya suami bisa rebahan sebelum perjalanan panjang dengan sepeda motor nantinya.
Perjalanan berjalan lancar dengan pemandangan cantik pulau-pulau di perairan Taman Nasional Komodo. Yang mengganggu cuma satu, penumpang di kapal ini jorok begitu pula dengan petugasnya. Penumpangnya buang sampah sembarangan, dan tidak ada petugas yang membersihkan. Bahkan, serombongan peserta motor touring bisa beli sepeda motor mahal tapi tidak tahu cara buang sampah pada tempatnya 🙁 Nanti kita bandingkan dengan KMP Legundi tujuan Lombok-Surabaya 🙂
Fasilitas
Ruang penumpang: reclining seat dan tempat duduk biasa
Kasur busa: sewa Rp25.000,00
TV: ada
Kamar mandi/Toilet: layak
Musholla: tidak ada
Charging Station: tidak ada
KMP Suramadu Nusantara
Yup, namanya Suramadu karena kapalnya dibuat di Surabaya (gitu kali ya).
Setelah melakukan perjalanan lintas Sumbawa (sempat bermalam di Bima), di Minggu sore kami menyeberang dari Pelabuhan Poto Tano Sumbawa menuju Pelabuhan Kayangan Lombok menggunakan KMP Suramadu Nusantara. Kapal ini tidak sebesar KMP Cakalang apalagi KMP Swarna Bahtera. Kurang lebih sama dengan kapal-kapal yang digunakan di penyeberangan Bali-Lombok atau Ketapang-Gilimanuk.
Tapi penyeberangan melintasi Selat Alas ini adalah penyeberangan yang paling tidak saya nikmati. Ombaknya lumayan besar karena memang arah angin berasal langsung dari Samudera Hindia. Karena kapalnya yang kecil, goyangan kapal membuat saya mencengkeram lengan suami saya kuat-kuat. Hehe… Hiburan dangdutan di area penumpang pun tidak mampu mengusir ketegangan saya. Padahal, nyatanya hanya saya seorang yang ketakutan kala itu. Ombak yang seperti ini rupanya santapan yang biasa bagi penumpang lintas Lombok-Sumbawa, bahkan penyanyi dangdutannya pun asyik bergoyang. Hahaha…
Benar-benar penyeberangan selama 2 jam yang sangat ingin saya fast forward kala itu.
Fasilitas:
Ruang penumpang: tempat duduk biasa
Kasur busa: tidak ada
TV: tidak ada
Kamar mandi/Toilet: layak
Musholla: Tidak ada
Charging Station: Tidak tahu
KMP Legundi
Setelah bermalam di rumah mertua di Mataram, keesokan siangnya kami melakukan perjalanan pulang ke Jawa. Menumpangi KMP Legundi dari Pelabuhan Lembar, kapal ini tampak mewah dibanding tiga kapal yang saya tumpangi dalam seminggu terakhir ini.
KMP Legundi sebesar KMP Swarna Bahtera tapi dengan ruang untuk penumpang yang jauh lebih layak. Dek 1 dan 2 untuk kendaraan, dek 3 dan 4 untuk penumpang. Dek 3 berupa ruang tertutup ber-AC. Ada beberapa bagian ruangan di Dek 3, yaitu ruang VIP, eksekutif, ekonomi AC, dan tempat tidur untuk sopir truk.
Di dek 3 juga terdapat minimarket berupa Alfa Express yang menyediakan jajanan, kopi, makanan cepat saji, dan keperluan lainnya yang dibutuhkan di atas kapal seperti peralatan mandi dan obat-obatan. Sedangkan Dek 4 berupa dek terbuka tapi dengan atap dan tirai yang menghalangi angin kencang dari laut. Terdapat deretan kursi meja untuk penumpang yang ingin bersantai dengan mendengar suara musik dan melihat pemandangan laut. Ada beberapa stan penjual makanan dan minuman juga. Terdapat mushola yang cukup luas dan jangan khawatir tertinggal waktu sholat karena azan juga diperdengarkan ketika waktu sholat tiba.
Momen matahari tenggelam pun sempat terekam saat berada di atas Pulau Bali.
Untuk kebersihan, KMP Legundi mempunyai petugas yang selalu dengan sigap membersihkan tiap-tiap ruangan dan mengambil sampah secara berkala. Sejauh ini penumpang juga tertib membuang sampah pada tempatnya, meskipun saya sempat mendapati sebuah meja di ruangan ekonomi AC yang penuh dengan sampah kuaci tapi orangnya entah kemana 🙁
Nyaman sekali menumpang KMP Legundi ini hingga 20 jam tidak terasa. Lain kali kalau pulang ke Lombok sepertinya akan mengulang menumpang kapal ini 🙂
Fasilitas:
Ruang penumpang: sofa, kursi berbusa, bangku panjang
Kasur busa: gratis
TV: ada
Kamar mandi/Toilet: bersih
Musholla: Ada
Charging Station: gratis
Have a good journey,
Kalo aku kayaknya no lah hehe
Aku mobil aja mabuk apa lagi kapal laut wkwk
Payah aku ini :v
Harus dibiasakan sering2 bepergian biar gak mabuk lagi kalo naik kendaraan 😀
Gak bayangin 36 jam terombang-ambing d laut
Lulus deh jueng, tp emng kebayar ya
lulus dan nagih lo jeng 😀
Akhirnya ketemu, si penumpang tanpa tiket dan tanpa rapid test result mba?? Btw kalo orang nya ga diketahui pas awal, drmana tau memang ada penumpang yg seperti itu ya?
Aku belum pernah naik kapal yg utk perjalanan jauh. Sbnrnya Krn mikir waktu banyak habism sementara cuti suami kan terbatas. Makanya kami msh lebih memilih pesawat ATO mobil pribadi.
Pengen banget, nanti bisa cobain naik kapal jarak jauh begini . Om nya suami ada yg kapten kapal penumpang begini, rute dia biasanya yg ke Indonesia timur. Udh sering kami diajakin, tapi masih blm Nemu waktu pas.
Tapi pasti ya, aku juga pasti lebih milih kapal yg bagus dan bersih sih mba. GPP lebih mahal, yg penting nyaman. Secara kita kan bakal lama di atas kapalnya kan.
Betul, yg terpenting kenyamanan. Semoga saja ke depannya bisa muncul kapal-kapal bagus yang bisa jadi pilihan untuk perjalanan. Sementara berkhayal saja naik kapal pesiar 😀