Negeri Van OranJe

Judul: Negeri van Oranje
Penulis: Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, Rizki Pandu Permana
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan Pertama, April 2009

Manusia itu dikutuk terus-menerus untuk membuat pilihan demi pilihan dalam hidup.

Rokok kretek menyatukan kita…
Mungkin itu ungkapan yang tepat menggambarkan pertemuan pertama lima orang mahasiswa post-graduate asal Indonesia yang sedang terdampar di Belanda. Gara-gara terjebak badai di Amersfort; Banjar, Wicak, Daus, Geri, dan Lintang saling berkenalan. Perkenalan mereka dimulai dari tawaran rokok kretek yang teramat langka di negeri itu, aroma kretek itu berhasil memancing manusia Indonesia lainnya untuk mendekat, yang kemudian diikuti obrolan perkenalan satu sama lain.

Irwansyah Iskandar alias Banjar, anak saudagar bawang asal Banjarmasin, seorang eksmud sukses yang gara-gara tantangan temannya berani meninggalkan kemewahan hidupnya untuk menjadi mahasiswa berkantong pas-pasan di sekolah bisnis ternama di Rotterdam, Belanda.
Wicak Adi Gumelar, anak Banten asli yang menjadi aktivis LSM. Usahanya untuk menyelidiki illegal logging di pedalaman Kalimantan dengan menyamar menjadi pekerja di sana, membuat Wicak dan seorang temannya terancam nyawanya. Demi menyelamatkan mereka berdua, kantor LSM tempat mereka bernaung meng’ekstradisi’ mereka ke luar negeri. Wicak memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil S2 di Belanda, dan terdamparlah dia di Universiteit Wageningen.
Firdaus Gojali Muthoyib bin Satiri, lulusan Fakultas Hukum yang nyasar menjadi PNS di Departemen Agama. Demi harga dirinya di acara reuni tahunan almamater berikutnya, Daus bertekad meneruskan pendidikan hukumnya ke luar negeri. Ketika muncul kesempatan, Daus mulai mengejar beasiswa S2 STUNED (Studeren in Nederlands) dengan memilih program Human Rights Law di Utrech, Belanda.
Anandita Lintang Persada, mendapat kado ulang tahun dari ibunya berupa polis asuransi atas namanya. Lintang memutuskan untuk menggunakan dana itu untuk sekolah ke luar negeri. Demi cita-cita…cita-cita mengejar jodoh seorang bule :D. Akhirnya Lintang memilih kota Leiden di Belanda untuk mengambil program master di bidang European Studies.
Garibaldi Utama Anugraha Atmadja, kuliah di Belanda sejak mengejar S1 dengan sokongan dana yang lebih dari orang tua meskipun tidak dibilang kaya raya. Kini dia memutuskan untuk melanjutkan S2 di Den Haag. Geri yang tampan, kaya, dan baik hati. Kriteria yang menurut ketiga cowok lainnya merusak standar semua cowok Indonesia seantero Belanda.

Persahabatan Aagaban alias Aliansi Amersfort GAra-gara BAdai di Netherlands ini membuat kehidupan mereka di Belanda tidak melulu sekedar bolak-balik ke kampus, ke perpus, bergadang demi tesis. Ada obrolan penuh keriuhan, candaan, bahkan kadang pertengkaran, baik lewat messenger maupun ketika bertemu secara langsung ketika saling berkunjung ke kota masing-masing. Seringkali mereka juga kompak menonton beramai-ramai berbagai festival yang sering diadakan di berbagai kota di Belanda. Banjar yang ditaksir sesama jenis, Daus yang selalu gagal melakukan sesuatu yang dilarang yang diyakininya gara-gara doa pelindung dari almarhum kakeknya, Wicak yang ternyata mengulangi kesalahan yang sama saat menyatakan perasaannya, Geri yang baik tapi misterius, serta Lintang yang ternyata diam-diam naksir Geri. Bumbu persahabatannya komplit, ada senangnya, ada dukanya, ada bercandanya, ada bertengkarnya juga.

Apa yang diharapkan dari novel yang melibatkan persahabatan empat orang lelaki dan satu orang perempuan? Yup! Cinta diam-diam alias saling memperebutkan perhatian Lintang. Siapa yang beruntung ya? 😀
Belum lagi pertanyaan akan kemana mereka setelah gelar master disandang? Kembali ke tanah air untuk mengabdi atau memilih mengambil kesempatan tetap tinggal di luar negeri demi masa depan yang lebih baik?

***

Seorang teman juga memiliki tanggung jawab moral untuk berkata jujur, walaupun kejujuran kadangkala menyakiti hati teman yang disayanginya.

Seingat saya, saya dulu juga pernah baca novel yang ditulis secara keroyokan seperti ini. Traveler’s Tale. Meskipun sama-sama keroyokan, Negeri van Oranje menggunakan sudut pandang orang ketiga untuk bercerita. Sehingga tadinya saya pikir seolah-olah novel ini ditulis satu orang saja. Mungkin persamaannya dengan novel Traveler’s Tale, masing-masing penulis mewakili masing-masing tokoh dalam novel ini kali ya…

Yang menarik dari novel ini adalah munculnya footnote seperti di buku-buku ilmiah. Seru, meskipun kadang-kadang keterangannya gak penting 😀
Masing-masing karakter yang muncul dengan kekhasan tersendiri juga membuat saya betah menghabiskan novel tebal ini. Mungkin itu salah satu kelebihan dari menulis keroyokan kali ya? Sehingga masing-masing penulis bisa mempertahankan karakter tiap tokohnya sehingga tidak menjadi agak-agak mirip satu sama lain.

Yang agak menganggu adalah munculnya berbagai tips yang sengaja diselipkan di antara cerita. Mungkin akan membantu ya buat yang mau kuliah atau jalan-jalan ke Eropa, tapi buat yang ingin menikmati jalan cerita rasanya agak sedikit terinterupsi 🙁
Endingnya kisah cinta Lintang juga sepertinya terlalu tergesa-gesa. Kok tiba-tiba sama dia ya??

Well, buat yang ingin menikmati Belanda dan sekitarnya (karena di akhir perjalanan, geng Aagaban ini meluangkan waktu untuk traveling ke negara sekitar) tanpa perlu fisiknya berada di sana, saya rekomendasikan novel ini. Penjabaran kotanya, dengan keadaan dan suasana sekitarnya lumayan detil dan membantu imajinasi kita. Buat yang mau ke sana, bercita-cita ke sana, atau bermimpi ke Belanda sono, boleh juga dimulai dengan novel ini. Bukankah kehidupan itu terjadi dua kali? Yang pertama dimulai dari bayangan di pikiran kita, yang kemudian action di kehidupan nyata. Hihi sok bijak banget yak 😉

Happy Reading! 😀

you can find the book on bukabuku.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *