Tulungagung seperti halnya Malang bagian selatan, memiliki banyak wisata alam yang kebanyakan berupa pantai dengan ombak besar karena berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Sebut saja Pantai Popoh, Pantai Kedung Tumpang, dan masih banyak lagi. Tapi kalau dari pusat kota Tulungagung ke pantai-pantai tersebut membutuhkan waktu 2-3 jam perjalanan.
Beberapa minggu lalu, datanglah undangan nikahan dari adek tingkat semasa kuliah, teman satu indekost, dan juga partner jalan-jalan waktu masih single. Acara diadakan hari Minggu, dan berhubung jarak dari Pasuruan ke Tulungagung lumayan jauh dan memakan waktu (5 jam perjalanan kereta api) kami memutuskan berangkat Sabtu pagi. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui, sekalian saja kita jalan-jalan di Tulungagung.
Kalau menuruti rasa ingin, pantai-pantai eksotis Tulungagung cukup menarik untuk dikunjungi. Tapi kalkulasi waktu tiba (jam 11 siang sampai di Tulungagung), perjalanan menuju pantai (2-3 jam), sampai pantai sudah sore dan tidak bisa berlama-lama, kami memutuskan jalan-jalan di pusat kota saja.
Makan siang di Ayam Lodho Pak Yusuf
Dengan kereta api Penataran Dhoho, saya dan suami tiba di Tulungagung tepat jam 11 siang. Alarm lapar langsung berbunyi. Hehe…
Ayam Lodho Pak Yusuf ini memiliki beberapa cabang di Tulungagung. Kami menuju Ayam Lodho Pak Yusuf Cabang Beji. Random aja sih pilihnya yang cabang mana, waktu ketik alamat di aplikasi ojol pun saya sebenarnya gak tau itu lebih jauh atau lebih dekat dibanding cabang yang lain. Dan ternyata, sebenarnya ada yang lebih dekat dan searah dengan hotel tempat kami menginap. Hehehe, anggap saja sekalian keliling kota.
Karena mungkin belum benar-benar memasuki makan siang, suasana rumah makannya sepi, Sempat ragu jangan-jangan kami salah tempat. Pegawainya langsung sigap memberikan menu makanan.
Kami memesan 2 ayam lodho yang paket satu porsi medium (28K). Begini penampilannya… Masih ditambah kuah dengan irisan cabe, biar makin berselera makannya, dan juga 2 teh tawar.
Ayam lodho adalah ayam bakar yang dimasak lagi menggunakan santan dan disuguhkan dengan urap sayuran. Lodho berarti empuk sampai dagingnya mropol atau lepas dari tulang dengan sendirinya. Entah karena lapar atau memang enak, menu ayam lodho ini pun habis kami lahap dengan sekejap.
Tulungagung dan Trenggalek memang berdekatan, jadi jangan heran apa yang khas di Trenggalek kadang juga merupakan khas Tulungagung. Seperti halnya ayam lodho ini.
Menghabiskan sore di Aloon-Aloon Tulungagung
Setelah beristirahat di hotel, kami menuju alun-alun Tulungagung dengan mengendarai becak. Aktivitas sore hari di alun-alun sangat ramai. Ditambah lagi saat itu Sabtu malam Minggu, waktunya bersantai bersama orang-orang tersayang.
Di luar area alun-alun terdapat banyak penjual berbagai macam jajanan. Ada sempol, cilok, cireng, bakso, dan lain-lain. Memasuki area alun-alun berbagai permainan memanjakan anak banyak tersedia. Seperti mewarnai, aneka balon, penyewaan skuter, bahkan sepeda motor trail versi mini. Bahkan kita bisa memberi makan burung merpati yang banyak berkeliaran di alun-alun. Untuk makanannya dijual oleh penjaja makanan kecil di sekitar alun-alun.
Tidak hanya anak-anak, remaja bahkan lansia pun bisa menikmati aktivitas di alun-alun ini. Ada area skateboard, outbound, bahkan setapak untuk pijat refleksi pun sudah ada. Beberapa bangku diletakkan menyebar di seluruh area alun-alun.
Alun-alun ini lebih tepatnya adalah sebuah taman, karena sudah tidak ada area kosong atau lapangan yang menjadi ciri alun-alun. Banyak pepohonan dan tanaman sehingga terkesan rindang.
Area favorit saya adalah kolam ikan dengan banyak tanaman teratai yang menutupi. Kami duduk berlama-lama di salah satu bangku yang menghadap kolam. Berbincang sambil menunggu senja dan adzan maghrib berkumandang. Seru juga ada taman seperti ini di sebuah kota, tempat yang tepat menikmati hari bersama keluarga.
Makan Kepiting Sambal Ijo di Waroeng Kampoeng AG One
Setelah menunaikan sholat Maghrib di Masjid Jami’ Al Munawar di depan alun-alun, kami menuju lokasi kuliner kedua di Tulungagung, yaitu Waroeng Kampoeng AG One.
Sengaja memilih tempat makan ini karena katanya terkenal dengan kepiting sambal ijo yang enak. Lagi-lagi kok sepi ya, apa mungkin kami kecepetan datangnya dan belum waktunya jam makan malam.
Saya yang mudah kenyang dan sudah kenyang dengan hanya njajan cilok di alun-alun akhirnya hanya pesan mie godhok, sedangkan suami tetap pingin nyoba kepiting sambal ijo. Tahu krispy dan tempe mendoan sebagai side dish serta es degan jeruk.
Kata suami sih kepiting sambal ijo-nya mantap. Hihihi entah doyan atau laper. Tapi es degan jeruknya paling mantappp….
Beli Oleh-Oleh Khas Tulungagung
Tidak jauh dari Stasiun Tulungagung, beberapa toko oleh-oleh berjajar. Tinggal pilih mau masuk yang mana. Pilihan oleh-olehnya pun bermacam-macam, bukan hanya yang khas Tulungagung. Seperti rambak kulit kerbau atau kulit sapi, kripik tempe, getuk pisang, ledre, madumongso, alen-alen dan banyak yang lain.
Pingin borong semua kalau sudah masuk ke sini. Hehehe….
Kami membeli rambak dan kripik tempe sebagai oleh-oleh buat di rumah, hmm… sebagian dimakan sendiri juga sih. Hehe…
***
Transportasi umum dari tempat tinggal saya yang di Pasuruan menuju Tulungagung yang paling mudah, murah, dan nyaman memang menggunakan kereta api. Tidak perlu berganti-ganti kendaraan, hanya cukup naik dari Stasiun Bangil dan turun di Stasiun Tulungagung. Stasiun Tulungagung berada tepat di tengah kota, dekat dengan pusat kota sehingga untuk cari penginapan pun cukup mudah.
Jadi weekend enaknya kemana?
Fotonya bagus2…. pake kamera apa kak?
kalo untuk artikel ini cuma pakai kamera hape samsung A20, biasanya kamera fujifilm mirrorless XA3 🙂
Selain alun-alun ada objek wisata apa lagi disekitarny?
kalau di Tulungagung sebenarnya banyak wisata alamnya seperti pantai-pantai di pesisir laut selatan. Tapi bisa 1-2 jam perjalanan dari pusat kota.
Sambil menyelam minum air ya #jalanjalan